image taken from: muslimstory.wordpress.com
Seperti halnya bahagia dan kesedihan, kemarahan juga merupakan bentuk refleksi emosi jiwa. Sayangnya ia bersifat negatif apalagi jika tak dapat dikendalikan.
Marah itu normal, setiap orang bisa marah. Namun hanya sedikit yang bisa marah di saat yang tepat dan pada orang yang tepat pula.
Bahkan bayi tak berdosa pun marah, tentu saja berbeda cara meungkapkannya dengan orang dewasa yang seakan-akan berhak dan dibenarkan untuk marah.
Pun balita sering marah dan mengamuk malah tanpa sebab yang jelas, istilahnya TEMPERTANTRUM.
Di tengah menggilanya kebutuhan hidup yang naik tak terkendali, berjuang setengah mati di antara himpitan ekonomi, cuaca ekstrim tak terprediksi turut meninggikan volume emosi, berjibaku dengan janji-janji yang dikhianati. Pun anak-anak yang lepas kendali, anak buah tak lagi mematuhi hingga atasan yang kian hari melecehkan menginjak-injak harga diri.
Membuat kemarahan telah mencapai titik kulminasi, mendidih dan siap menyembur di segala lini. Seringkali meledak dan dilampiaskan pada orang yang justru bukan penyebab utama kemarahan itu sendiri.
Bahwa hatiku k e c e w a. . .
Penggalan lirik lagu BCL itu memaksa merenung, bahwa kecewa dan kesedihan dapat dengan mudah menjelma kemarahan. Luka-luka tak tersembuhkan, kenangan buruk masa kecil, kegagalan hidup sampai kemutlakan takdir pun dapat dikambinghitamkan menjadi biang kemarahan.
Diumbar sana sini, di status pagi hingga sore hari, dishare dibagi-bagi. Seakan-akan itu sah, halal dan memang harus diungkapkan. Tak peduli bahwa marah melukai mereka yang jadi pelampiasannya, menyimpan dendam dan menanti kesempatan untuk membalas dengan amarah yang sama atau kalau bisa lebih banyak kapasitasnya.
Lalu kenapa mudah mengumbar dan menyebar amarah? seakan sabar dan maaf adalah salah, karena memang tak mudah.
Apa dengan temperamen merah membara bisa menunjukkan superioritas?
Apa dengan menekan dan menyudutkan si korban bisa menunjukkan kehebatan?
Apa dengan amarah membuat seakan-akan tak pernah berbuat salah?
Apa dengan sumpah serapah dan hujatan sampah bisa mengukuhkan diri sebagai satu-satunya manusia di muka bumi yang berhak marah?
Begitukah. . .?
Dalam luka-luka masa lalu. .
Mati-matian ku kubur deritaku.
Dengan trauma sepanjang jalan,
dan ketakutan dihantui kegagalan. .
Apa yang ku dapat dari geram amarahmu?
Selain dendam sedalam dapat ku simpan diam.
Ku endapkan bom waktu. .
Mencari, menanti kesempatan untuk dapat kuledakkan.
Di tengah diskriminasi.
Assalamualaikum wr wb.
Melawan marah emang bukan hal yg mudah >> http://eanreana.mywapblog.com/melawan-kesal.xhtml
LikeLike
🙂 nice..
Ditunggu kunbalnya sob..
LikeLike
marah itu metode manusiawi, sepakat sama kata2nya bu 😀
LikeLike
gx slama y marah itu di xpressi kan dgn teriak2….xpresi marah yg halus bs dilakukan dgn menangis….biarlah air mta yg mlampiaskn kmarahan xixixi
s7 sma kta2 y mas bro
LikeLike
Yang lebih musykil lagi "Bahasa Kemarahan" ini juga sudah seperti tren di kalangan intelektual dan agamawan. Khotbah-khotbah keagamaan, ceramah-ceramah dan makalah-makalah ilmiah dirasa kurang afdol bila tidak disertai dengan dan disarati oleh nada geram dan murka. Seolah-olah tanpa gelegak kemarahan dan tusuk sana tusuk sini bukanlah khotbah dan makalah sejati.
Khususnya di ibu kota dan kota-kota besar lainnya, di hari Jumat, misalnya, kita akan sangat mudah menyaksikan dan mendengarkan khotbah "Ustadz" yang dengan kebencian luar biasa menghujat pihak-pihak tertentu yang tidak sealiran atau sepaham dengannya. Nuansa nafsu atau keangkuhan "Orang Pintar Baru" (OPB) lebih kental terasa dari pada semangat dan ruh nasihat keagamaan dan "Ishlah".
Kita boleh beranalisis bahwa fenomena yang bertentangan dengan slogan "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah" tersebut akibat dari berbagai faktor, terutama karena faktor tekanan ekonomi, ketimpangan sosial dan ketertinggalan. Namun, mengingat bahwa mayoritas bangsa ini beragama Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, fenomena tersebut tetap saja musykil. Apalagi jika para elit agama yang mengajarkan budi pekerti luhur itu justru ikut menjadi pelopor tren tengik tersebut.
LikeLike
Assalamu,alaikum… salam kenal dari Admin Sinthinker…panggil aja bang Sin. Admin Erna udah koment diatas paling duluan yaa… hehe
LikeLike
Assalamu’alaikum wr. wb.
wah-wah manteb sob….
intinya positif aja thinking bu
sukses slalu untuk blogmu yang semakin hari selalu baru
marah adalah belaian dari setan, jadi jika suka marah maka cepat tua…
siapa yang mau cepat tua, yaaaa MARAH SAJA.
maaf banyak komen
LikeLike
Sabar…sabar…
Keep smile 😉
LikeLike
@The Sin Thinker,
slmt dtg bang Sin.
Udah mau ya komen di mari?:-)
thanks ya. .
LikeLike
@Mubari,
sip, benar itu.
LikeLike
Perlu disave nih. . Makasih ya master. . .
NEW POST
http://rohendi.mywapblog.com/tekken-movies.xhtml
LikeLike
Kunjungan Perdana Mbak Gan..
Kunbal and follbeck 'Ϟўª di tunggu di
http//:kangraghiel.heck.in
LikeLike
marah² cepet tua..
😀 ت
LikeLike
aku marah biasanya diem aja,
ada yg nanya pun diem jg -_-
#mogok bicara
LikeLike
@Emma Wuddan,
kalo sy ngomel dulu sbnrx, udah capek sendiri lalu mewek dah, trus nyari buku harian dan tumpahlah disana sgala tulisan sekalian tangisan.
LikeLike
hadir dan nyimak aja kang…
Maaf gak kalo gak sesuai artikel komen ane…kaerna ane mau silaturrahmi keblog2 follower's ane
LikeLike
hadir dan nyimak aja kang…
Maaf gak kalo gak sesuai artikel komen ane…kaerna ane mau silaturrahmi keblog2 follower's ane
LikeLike
mau lebaran marahnya di empet dulu, he he
LikeLike
Assalamu'alaikum wr wb
kunjungan silaturrahim:)
LikeLike