Aku lahir pak.
Berjenis kelamin sama seperti kakak yang menjadi pendahuluku.
Aku tahu, urat wajahmu tak bisa sembunyikan gurat kecewamu. Tak pernah ada anak laki-laki yang lahir dari rahim wanita bergelar istrimu itu.
Apa aku terkutuk karena terlahir tak sebagai laki-laki? Sehingga di luar sana banyak bapak-bapak yang kecewa karena anaknya perempuan semua.
Meski bapak tak menguburku seperti para ayah di jaman Jahiliyah.
Tapi aku tahu ada yang mati saat aku hidup di dunia ini: kesempatanku, kesetaraan genderku, emansipasi yang setengah mati diperjuangkan ibu kita Kartini sang putri sejati.
Dan batas-batas yang dimonopoli kaum lelaki. Jenis kelamin yang terdiskriminasi.
Meski tak sepenuhnya aku pahami, tapi aku ketahui dengan pasti. Seorang ayah tak akan sudi berpanjang-panjang cita-cita, dan harapan hanya untuk seorang anak perempuan.
Toh, kiprah wanita hanya akan bergelut dengan kesibukan rutinitas sumur, dapur dan kasur.
Dan bila ada beberapa yang dapat kesempatan seperti para pria, wanita akan mudah besar kepala. Menginjak-injak harga diri kaum lelaki.
Maka itulah yang terjadi kini, wanita beramai-ramai jadi manajer atau atasan di perusahaan dan para pria banyak yang menjelma koki di restoran.
Begitulah mungkin, emansipasi yang kebablasan.
Lalu, bapak nekat kawin lagi. Iya, ibu dipoligami setelah bapak meyakini bahwa istri mudanya itu dapat memberi seorang anak laki-laki.
Ya.
Anak laki-laki yang dapat ia bangga-banggakan sebagai penerus keturunan, duplikat diri bapak keseluruhan.
Seperti seorang tetangga, Pak.
Ia telah punya 5 anak perempuan dalam hidupnya. Karena istrinya sudah tak mungkin untuk memberinya keturunan lagi, maka ia menikah lagi agar bisa memenuhi ambisinya untuk memperoleh anak laki-laki.
Malah dinazarkan jikalau lahir laki-laki maka akan dirawat sendiri, dan bila yang lahir anak gadis lagi, maka biarlah diserahkan pada orang lain.
Tapi apa? Lacur, dasar manusia kurang syukur. Lupa kalau segalanya ada Yang Maha Mengatur.
Anak laki-laki itu tak pernah ada, justru yang lahir kembali anak perempuan lagi meski dari rahim yang lain.
Maka berpindah tanganlah bayi mungil yang masih merah itu, bahkan sebelum sempat mencicipi ASI dari ibu kandungnya. Heh! Dunia macam apa ini?
Kenapa dunia bisa menjadi demikian tak berperikemanusiaan?
Dan mengapa anak perempuan menjadi begitu tak diharapkan?
Bahkan jauh-jauh hari sebelum ia menjadi wanita sejati yang para orang tua takutkan jikalau nanti hamil seorang diri tanpa suami_ keberadaannya saja dalam kandungan sudah seakan-akan menjadi aib tersembunyi. Padahal ia cuma seorang bayi suci yang akan menjadi seperti bagaimana para orang tua membentuknya.
Ya, Bapak. . .
Sampai-sampai ada seorang pria picik lainnya yang sesumbar berkata:
"Sampai kapanpun jikalau istriku tak melahirkan anak laki-laki maka aku tak akan berhenti membuat anak lagi!"
Apakah seorang wanita hanyalah sebuah mesin pembuat anak?
Yang bila mana ia tak bisa menghasilkan keturunan seorang lelaki maka seolah satu-satunya hal yang pantas adalah cuma dipoligami.
Karena apabila dirumah ada anak gadis dan anak laki-laki, maka kebutuhan dan keinginan anak gadislah yang wajib didahulukan. Seperti makanan dan pakaian.
Dan wanita punya 3 derajat lebih tinggi dari kaum pria, juga surga tak pernah beranjak dari telapak kaki bunda.
Bahkan sampai matipun kehormatan kaum hawa mesti diliputi kafan 7 lapisan.
Tapi mengapa disini kita beramai-ramai 'mengubur hidup-hidup' hak dan keutamaan kaum perempuan?
Dengan tidak memberikan kesempatan yang serupa dan sama banyaknya dengan anak laki-laki yang bisa melenggang dengan pongah dan durjana lantaran selalu jadi kebanggaan bapaknya.
*
INSPIRED BASED ON A TRUE STORY
Assalamualaikum wr wb.
Sebenarnya tak hanya anak laki2. Saat orang tua terobsesi pada jenis kelamin tertentu bisa melakukan apa saja.
Ini juga cerita nyata: ada seorang ibu yg sangat menginginkan anak perempuan. Saat hasil USG pd kehamilan yg ke-3 laki2 lg, ia mengaborsi bayinya! Begitu terus hingga entah kehamilan keberapa hasil USG-nya perempuan. Ia pun memeliharanya. Tapi saat dilahirkan ternyata bayinya laki2 lg…
LikeLike
@eanreana,
ngeri bgt yak?
Kok tega ya. .? Kok malah jd jahat gitu, kurang syukur apa ingkar dgn ni'mat Allah?
LikeLike
Rintihan hati menyayat sanubari
Menusuk pori pori nan tipis
Menyesakkan dada menghujam nadi
Menghimpun awan mencucurkan arti
Bukan jamanya, tapi orangnya.
Skarang orang takut jika anaknya tdk kuliah, tdk bisa kerja, tdk berpendidikan tinggi.
Saya menggaris bawahi, bahwa orang tua yang seperti itu takut MASA DEPAN. padahal masa depan adalah masa yg belum wujud.
Tetaplah bangga, entah laki2 or perempuan. Di hadapan Allah sama, tinggal TAQWA nya.
Mungkin it dulu bu. Salam hangat dari Kota Angin.
LikeLike
@Mubari,
mencemaskan masa depan, sampai tak sdkt yg sptx menyalahi ketentuan Tuhan. Duh. . .
LikeLike
Keren banget artikelnya. 🙂
🙂
Salam kenal ya?
Aku tunggu kunjungan balik dan follownya. 🙂
LikeLike
cara fikir yg ga benar tuh bu :p
LikeLike
hemmp, dua sodaraku jg cwe semua..
katanya 3 org anak pr / lebih, jk ortu bisa membesarkan dg baik sampai lepas tanggung jwb mk akan menyelamatkn orgtua tsb..
wallahu'alam
LikeLike
@Emma Wuddan,
memang, jika menghdupi dan mendidik dgn cara yg ma'ruf dan sampai menikahkanx scara baik2 maka ortu dgn 3 anak perempuan itu akn dibls surga.
LikeLike
==============
Gan, jangan lupa untuk follow blog ane cyberat.mywapblog.com kalo udah follow lapor di komentar nanti langsung ane follback dan mohon kunjungannya untuk membaca artikel perdana ini
Judul: Cara Membuat Garis Line Pada Status/Komentar Facebook
Link: http://cyberat.mywapblog.com/cara-membuat-garis-line-berwarna-pada-st.xhtml
LikeLike
menyedihkan bapa itu….
kunbalnya
LikeLike
manusia yang tidak mensyukuri hidup adalah manusia yg akan selalu merasa akan kurang puas, lagi, lagi dan lagi sampai dia mendapatkan kepuasan yang di inginkan,..
LikeLike
@naslah enelida,
tp nyatax kepuasan itu tak pnh ada sampai manusia mau brsyukur dan menekan nafsux.
LikeLike
Assalamu'alaikum wr wb
Astagfirullah..
Orang tua yg sperti i2 tk mensyukuri karunia Allah,
ank perempuan/laki" semua titipan Allah SWT..
Mksh bunda dh berbagi
LikeLike
subhanallah…kata demi kata indah sekali terangkai dalam sebuah kalimat…, saya sungguh berdecak kagum, seperti membaca sebuah buku :), ironis memang dampak kurang bersyukur
LikeLike
wah gak bersyukur tuh,
LikeLike
Biarpun saya tidak baca, tapi saya tetap berkomentar…
daripada baca, tapi tidak berkomentar.. heheh 🙂
Salam MWBers,,
LikeLike
sipp aja lah ….:-)
LikeLike
Nice your blog . Jika bernan follow my blog http://www.ngulas.yu.tl
LikeLike