Sebuah puisi karya: Abdul Wachid B.S.Mungkin tak semua pelacur rela menjadi pelacur.
Ada bagian dirinya yang perlahan hancur.
Ia juga ngeri berjalan sembari mimpi di lorong-lorong malam sepi.
Harapan pelangi telah ia uapkan, ke cakrawala yang mengabur garisnya.
Bahkan cinta kemarin telah meneteskan fajar perawannya.
Ia perempuan. . . Yang merasa tak lagi pantas mendo’a. Pelangi harapannya telah ia tiup.
Tinggal abu dalam batinnya yang berangkat membatu.
Suatu hari pernah pula ia bersabar, duduk sopan diundang seminar.
Tapi justru di situ ia tercekat. Betapa berhamburan bunga dalam kata lewat.
Seperti dulu sang pacar saat mengincar fajar perawannya. Lalu menyeret ia ke kantor serta trotoar.
Oi, kerbau jantan yang lapar! Melenguhkan nyanyian moral, sambil syahwat dan dengusnya brutal. Menyeruduk ia ke jurang kehidupan yang kelam dan dalam.
Mungkin tak semua pelacur rela menjadi pelacur. Hati perempuan itu mulai bermekaran. Tak segala kemarinnya sebenarnya hatinya. Kini tengah malam mulai berbinar memperdengarkan nyanyiannya.
“Rabi’ah, wahai Rabi’ah, ajari daku mencintaiNya!”
Ilustrasi gambar dari: karsagalih.wordpress.com
keren q juga pencinta puisi!
LikeLike
ckckck….. Keren Give applause…! Thanks udah share..
LikeLike
assalamu'alaikum wr. wb.
Mampir saja, Ngopi plus kedul2 pagi, ekspedisi ke Kudus Jateng..
LikeLike
Mantap nie pusisinya..bikin ªķΰ menari" aja..hahaha
LikeLike
tak semua pelacur rela jadi pelacur. . . Memang iya, ada kalanya dia dipaksa. . .tapi lama2 menikmati profesinya. Tak bnyk pula mereka telah menyesali profesi yg ia jalani.
LikeLike
Assalamualaikum wr wb.
Sekarang banyak wanita yg mengaku terhormat tapi kelakuan lebih hina & munafik daripada perempuan yg terpaksa jadi pelacur.
Semoga ALLAH melindungi kita & menjadikan kita wanita sholehah. Aamiin.
LikeLike
Mntap cil 😀
LikeLike
mantab mbak!
LikeLike
assalamu'alaikum kunjungan perdana sob…. mantap puisinya.. lok da waktu mampir k blog ane yeee
LikeLike
mantap puisinya bunda, santun pagiku untukmu
LikeLike
Bunga yang layu itu…
Bukan kerelaan baginya namun keadaan tlah membinasakan mekarnya.
Hempasan badai campakan indahnya luluh lunglai,
indah diri tlah binasa, layu dalam batin…
Mf bun kemaren comet ga nyangkut lagi di blog ini,
sama juga, koneksi bikin bete, cokie ditolak.
LikeLike
Yg tahu jawabanya kenapa jadi pelacur ya dirinya sendiri…
kita hormati aja keputusanya.( bukan isi keputusanya )
Karena tiap manusia punya hak mutlak atas dirinya sendiri…
Saya suka puisinya,..
LikeLike
yae udah ganti lagi aja nih tema. Hehe
LikeLike
Hidup itu penuh dengan macam2 profesi, mulai dari kelas tinggi para pejabat, sampai yang super parah para pelacur. Tapi memang seperti itulah alur kehidupan yang memang harus dijalani. Seiring berjalannya waktu, semuanya yang ada di dunia pasti akan rusak..
LikeLike
Mantap sob
LikeLike
cuma mau bilang, mantab sangat
LikeLike
Kadang tersenyum dalam tangis….
Kadang menangis di dalam senyuman….
LikeLike
slamat siang sob.. yuk istirahat ke gubuk ane 🙂
LikeLike
hidup dinilai bukan awal nya saja tapi bagaimana hidup mu dan aku di akhir nya baik atau buruk akhirnya, tinggal berdo'a saja semoga di akhir hidup kita dalam keadaan baik jalan nya,,,
LikeLike
wah. . . keren bnget. l like. . . follback yo
LikeLike
Assalamu'alaikum bunda
kunjungn sore
mantap puisi'a bun:)
salam santun
LikeLike
tak selalu yg kotor itu hina
dan tak selalu yg berkilau itu indah…
Saat hati ingin beranjak dari tempat yg hina saat itu pula keadaan menyeretnya ketempat asalnya… Tragis
di tunggu kunbalnya mbak
LikeLike
aduh duh pelacur
aku punya temen juga pelacur, tp hatinya baik, dia mlakukan itu krn terpaksa, . .himpitan ekonomi. . .
LikeLike