Semakin banyak yang engkau tahu. . Semakin sedikit kau mengerti. .
Itu sebuah penggalan lirik lagu yang saya kurang ingat apa judulnya dan kalau tidak salah-berarti-benar penyanyinya adalah Ada Band. Kata-kata lagu itu menyadarkan saya suatu hal dalam hidup, bahwa terkadang apa yang kita ketahui tak selamanya dapat dipahami. Seperti kemarin malam dan sepanjang pagi ini. Ketika saya mau belajar menyunting (hanya menyunting bukan membuat) CSS, dan dengan sesumbar menyangka bahwa saya bisa semudah melempar telor dadar ke dalam wajan datar di dapur saya.
Ternyata, bahkan, meski telah saya bookmark, saya masukkan di halaman tersimpan, atau saya catat manual di buku tulis anak saya, dan telah dihafal beberapa kode yang rumit bagai mantra itu, mengingat apa itu margin, pading, border, header, footer dan entah apa lagi. Hasilnya saya sakit kepala, lupa sarapan dan mandi kesiangan. Untungnya hari ini suami memancing seharian, jadi saya tak perlu masak menu spesial dan bisa malas-malasan juga seharian, toh ini akhir pekan. Boleh sesekali melanggar anjuran kesehatan dan menikmati gurih hidangan Dalam Semangkuk Mi Instan.
Dan memang otak wanita tidak terlalu prima untuk hal-hal teknis semacam penyuntingan tema, dan tetek bengek blogging dengan kode-kode rumit itu. Jadi sudahlah, minimal saya tahu dan pernah mencoba, mungkin nanti 2 anak laki-laki saya bisa jadi mau melakoni pembuatan CSS.
Saya memutuskan kembali ke dapur, tapi kali ini saya tak mau memasak Iwak Haruan Gangan Asam atau berpuisi di kamar mandi dan teriak-teriak mendeklamasikan Rindu Perawan. Tapi saya mau membahas tentang Paria.
Si pahit Paria
Tahukan Paria? (Banjar: Papari) jenis sayuran hijau bercita rasa pahit, tapi anehnya banyak yang menyukainya, apalagi ditambah pipilan jagung manis dan ditumis dengan santan kental, plus cita rasa pedas juga. Rasa pahit itu menjadi nikmat sekali, meski bibir rasa melepuh karena pedasnya toh kadang tandas sepiring tiada bersisa. Mengapa?
Karena harusnya seperti itulah hidup manusia, meski kadang cobaan dan masalah kehidupan terasa amat sangat pahitnya dan begitu menyakitkan. Mestinya kita bisa membumbuinya dengan manisnya rasa syukur dan gurih aroma santan bernama kesabaran.
Jikalau ada banyak orang yang begitu menggandrungi pahitnya Paria, mengapa kita tak bisa berlaku sama pada pahitnya jalan nasib hidup kita? Seumpama pedasnya cabai, anggaplah sebagai penyemangat untuk melalu sisa perjalanan. Semakin pedas, semakin cepat melahap sepiring Paria. Semakin semangat membara menyelesaikan masalah hidup kita sebagai manusia.
Pengalaman pribadi saya tentang Paria ini terasa ganjil. Dahulu sebelum menikah saya tidak menyukai Paria karena pahitnya, tapi sekarang setelah menikah dan punya 2 anak, saya jadi menggemari si pahit ini. Mungkin pengaruh usia, atau mungkin karena mencoba berdamai dengan segala jenis ‘kepahitan’ hidup ini. Menjadikan segala bentuk kesulitan kehidupan sebagai teman perjalanan yang menyenangkan.
Karena manusia tak akan menghargai manisnya gula sebelum ia mengecapi pahit yang menggetirkan indera perasa. Pun tak akan bisa menikmati indahnya bahagia sampai ia merasakan sengsara.
Gambar: infomanfaat.com
Kunjungan sore sob 😀
bner bgt, sngat memotivasi 😀
LikeLike
mantap cssnya bund
LikeLike
@irfanz newbie,
INI CSS SALAH SATU MASTER MWB, buatan sy kemarin gagal total.
Hitam ini css favorit sy.
LikeLike
awas , jangan sampai lupa suami gara gara css 😀 . Mantap postnya , jadi bikin lapar 😀 . Jangan lupa mampir y
LikeLike
papare
Emang pahit 😀
LikeLike
Hehe, keren rasaya kalu bunda belajar soal CSS… 😀
–
kalu di tempat saya namanya pare. dulu pernah punya pohonnya dan berbuah cukup banyak..
–
dr sebuah tulisan tentang pare, mampu memberikan pesan yang amat penting…
–
jika alat yang kamu punya adalah palu, maka kamu akan cenderung melihat setiap masalahmu sebagai paku…
–
jika alat yang kamu punya adalah gula, kamu akan cenderung melihat setiap masalahmu sebagai pare…
hehehe…
LikeLike
@Syahril,
wow. . .super sekali?
LikeLike
Absen malam sob
Ma'af Ya telat 😥
Meramaikan aja ya
Kunbal ya
Ada post baru ni
trik Internet gratis Indosat (for s60v3) dan xl combo (android) angkat bapak nya gajah terbaru lho Dan ada juga trik lain nya
LikeLike
,Bru bs berkunjung ksni bun. Mantap bun, menghubungkan paria dgn kehidupan.
Intinya sepahit apapun hdp pasti akan trasa manis jik,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
LikeLike
Jika kita menikah lg.
It smbungan yg titik diatas bun. Hp lg eror ne
LikeLike
apa tuh paria
LikeLike
Kato wong kito itu pare mbak, wlupun saya gk bgtu suka dgn pare tp saya suka artikel yg ditulis 😉
LikeLike
Memakan pare, berarti bagaimana bisa menikmati rasa pahit. Jujur, dari dulu aku tidak pernah bisa menyukai pare. Aku selalu ingin bisa menikmati pare, ataupun menikmati pahitnya. Aku selalu berusaha memakannya dan sedikit memaksa agar bisa merasakan nikmat makan pare seperti orang lain yang juga menikmatinya, tapi selalu saja tak bisa tertelan !
Aku masih penasaran, dan menghubung-hubungkan pare dengan jalan kehidupan. Jalan yang mungkin saja sedang tidak berpihak pada kita hingga terasa begitu pahit, dan sikap refleks manusia lagi-lagi menghindari yang namanya pahit. Meskipun dengan menghindar takkan bisa menyelesaikan masalah.
Dari sana aku berfikir, bagaimana bisa menjalani pahitnya hidup dengan rasa nikmat, seperti nikmatnya orang-orang yang menikmati pare…? Jika aku belum atau bahkan tak bisa menikmati pahitnya hidup, mungkin aku bisa belajar menikmati pahitnya pare. Tapi aku tak kunjung bisa menikmati pare, kadang aku seperti putus asa dan melupakan rasa penasaranku begitu saja.
LikeLike
kunjungan malam master. . .
NEW POST
http://rohendi.mywapblog.com/the-family-movies.xhtml
LikeLike
Mantap posyingan nya sob..
Ini kunjungan perdana 7unior's sobat….
N' di tunggu kunbal dari sobat..
LikeLike
hidup ini memang pait…tapi lebih banyak manisnya 😀
LikeLike
Assalamu'alaikum wr wb
hadir kembali bun wt menyantap masakan bunda:)
lw d t4 intan d sebut pare,
pahit tp kata'a enk:D
LikeLike
hahahaha, sama bunda, saya juga gak bisa menyunting css , ,emang bukan bakatnya, bakat saya memodifikasi aplikasi java dan game java ,dan tak jarang saya membuat tema hp nokia s40
LikeLike
makin mantab aza..lma2 bs jdi penulis terkenal neh..ok lanjutkan
LikeLike
biar artikel mbak langsung terindeks dalam hitungan detik submit aja mbak di https://www.google.com/webmasters/tools/submit-url?pli=1
LikeLike
Ijin save page..
Dan ijin follow..
LikeLike
Disini aq nyebutnya pare bun, lebih suka dipake lalap mentah sama sambal terasi bakar yg cabenya merah keriting itu…hemmm jadi laper…
Di hubungkan dg arti hidup, em nyambung juga se… Pahit tetap dijalani, toh nantinya juga ga kan pahit terus menerus….
LikeLike
pokok nya keren. . .
NEW POST
http://rohendi.mywapblog.com/fearless-hyena-movies.xhtml
LikeLike
SubhanAllah,luar biasa, artikelnya keren pnuh dg manfaat
LikeLike
makin mantap aja,kunb4l ditunggu
LikeLike
Ibuku suka banget yg nama.a paree..pdhl pahit..hhe
LikeLike
:):):):):):):):):):):):):):):):):):):):):)
Teteknya ngk masalah,yg jd masalah itu Bengeknya mbak.,mmakasih.:):):):):):): .ditunggu kunjungan baliknya di blog aku yaa
serpihanfb.mywapblog.com/faedah-doa-nurbuwat.xhtml
serpihanfb.mywapblog.com/sebuah-catatan-kecil-kesaksian-kematian.xhtml
LikeLike
saya suka nya paria di tauco si pedas gitu mantap sis,,,
LikeLike
Hanya bedanya kalau pahitnya paria,kalau kita gak suka gak kita makan,
Tapi kalau pahitnya hidup,mau gak mau,pahit gak pahit kalau datang pada kita ya hrs dijalani..
LikeLike
siiiips…..
LikeLike