Biarkan kerinduanku merayapi selasar malam. Yang sunyi dihempas gigil gerimis, dari hujan sesaat lalu. Yang tempiasnya membias pada kaca berdebu. Melukis embun. masih menggugurkan daun-daun.
Kita masih terseok di atas jalanan. Menapaki alur kehidupan yang pontang-panting hulu ke hilir. Masih merangkai belukar terjal menuju rumah. Mendaki ngarai harapan yang kadang menjanjikan sejuta kemungkinan.
Ya, satu kemungkinan untuk kita dapat membuat kesempatan. Barangkali mungkin tentang cinta kita mampu melewati dekade pertama. Atau. .mungkin pula kerinduan yang kerap ku gulirkan dari keriuhan warna malam. Kala ku ratapi luka-luka masa lalu seorang diri; menekuri raungan sunyi.
Aku pun enggan lagi menuai rintik airmata ini. Aku bosan menggadaikan harapan menjual impian. Kita masih sibuk menghitung waktu dari hari ke hari. Dari senja ke senja berikutnya. Dari pagi ke pagi. . . Masih menelikung mimpi.
Dan aku ingat dahan Asam yang kau pangkas daunnya itu. Karena jemu terus melihatnya berjatuhan mendekap tanah. Ranting-ranting tuanya patah diterpa angin hujan tempo hari. Akar yang tak kuasa lagi berdiri.
Entah apa yang hendak dikabarkan langit pada rindu yang ku tanggungkan itu? Mungkin saja air yang menguap menjelma udara. Atau hujan menjadi salju ditipu cuaca?
Tak mengapa jika kita mesti datang kembali ke jalanan kota. Menggelar cita sepanjang alur trotoar. Menegakkan gerobak-gerobak berkaki lima. Mendamparkan lapak-lapak yang masih saja berspekulasi membilang untung rugi.
Di antara rindu, menggubah kidung sendu.
Image:
mung-diary.blogspot.com
Assalamualaikum wr wb.
Rindu
Rasa yang syahdu
Tapi aku jemu
Bila rindu hanya semu Karena cinta yang palsu
LikeLike
Puisi rindunya bagus bun, kombinasi yg pas untuk kunikmati sbg sarapan selepas subuh ini,
bangun" bun, jngn amp ketiduran,,,jumat hri yg pendek, ayo lekas beres":-)
LikeLike
Assalamu'alikum
shobahalkhair…
Kata-katanya dalam.. Amang tidak sanggup menyelaminya 🙂
LikeLike
sebaris pagi berderap laju
liris rindu pada denting jam dinding
robek robek angka kalender bisu, terpelanting oleh tusuk angin serupa lembing
menyaksi bisu rerimbun awan abu abu
sebilah puisi terselempang di tebing hati
merindingku nyaris guling, iring sepi bernyanyi
kau, ceracaumu rindu menggelembung senandung syahdu
santun pagiku untukmu Bunda,
LikeLike
"Menekuri Raungan Sunyi"
Aku suka kalimat itu.
LikeLike
Baisukan cil sedang bgawi 😀
Bgawi micik hp.wkwk
LikeLike
met pagi.
Izin minyak
LikeLike
nyerah deh kalau urusan puisi no komen gw, biar om taufiq aja yang komen, coz gw suka ma puisinya….
LikeLike
hehew. . . Rindu ini selalu menggebu namun entah pada siapa xixi
LikeLike
huft puisi mah nyimak aja lah. Ga mengerti mbak
LikeLike
oh rindu…
rinduku kepadamu tak bisa tertahankan
kapan kita akan dipertemukan
nelepas rindu yang mendalam…
selamat pagi mbk..selamat beraktifitas.
LikeLike
hduuh..mles bca lo' ttg asmara, bkin ane krus aj.
Hhe..
LikeLike
Kerinduan seakan menyiksa
Perasaan yg tak kunjung terpenuhi
,
Puisinya bagus mbak 🙂
Sukses selalu ya
LikeLike
Maaf sob kunjungan telat,
mantap sob puisinya 🙂
LikeLike
Keren bnget….Penggunaan kata-kata dan kiasan nya sempurna..
salam,mga kompak buat smua nya
LikeLike
ah saya jadi ingin menangis bunda, , .teringat seseorang
LikeLike
aku rindu sosok ibu, mau gak bun jadi ibu ramm ? Gkn nakal kok ramm bun suer
LikeLike
mantap..
LikeLike
kunjungan pagi sob..
met beraktifitas aja..
maaf baru bisa hadir
LikeLike
dalem bor
kunbal ya
LikeLike