TANTANGAN PENDIDIKAN DI AKHIR ZAMAN

Lama juga tidak posting sesuatu, jadi kangen dengan kegiatan blogging. Nah, daripada nyampah tidak karuan mengumbar status galau di FB, mending saya menulis lagi di sini. Semoga para pengunjung setia tidak bosan, ya ya?

Bukannya sok alim atau sok suci, juga bukan bermaksud menyinggung SARA, ini hanyalah bentuk kekhawatiran dan kegalauan saya saja sebagai orang tua, sebagai seorang ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Apalagi di era sekarang, yang katanya sudah masuk kategori zaman edan. Dimana anak-anak semakin luas pergaulannya dan semakin berliku tantangan pendidikannya. Bukan hanya sekedar pendidikan yang menunjang kehidupan fana duniawi, tapi yang terpenting dan (seharusnya) yang utama adalah pendidikan untuk bekal akhirat kelak.

Ada 4 peristiwa yang membuat saya ingin menulis ini:

¤Nah, kemarin itu anak saya yang masih kelas 3 SD itu ada tugas praktek gerakan solat dari guru agamanya. Satu persatu murid maju ke depan kelas dan memperagakannya. Ada 3 penilaian: BAIK, CUKUP dan KURANG. Kata anak saya, banyak yang nilainya KURANG karena tak hapal gerakan solat.

¤Ada seorang pemuda yang saat orang tuanya meninggal ia tak bisa membacakan doa dan surah Yasin dalam tulisan arab dan kesana kemari mencari Yasin yang ada tulisan latinnya.

¤Ada sekumpulan anak-anak tengah bermain di salah satu rumah temannya. Lalu di rumah itu ada orang dewasa yang sedang shalat zuhur. Tiba-tiba ada seorang anak usia 7 tahunan yang bertanya:

“Itu ibumu lagi ngapain?”

“Lagi shalat, emang kamu gak tahu?” jawab si anak dari pemilik rumah yang lagi shalat itu.

Kalau anak yang bertanya tadi non muslim mungkin wajar. Tapi ia muslim, ironis jika shalat saja ia bahkan tak tahu. Apa orang tuanya. . . .

¤Saya sempat terlibat pembicaraan serius dengan adik saya yang masih sibuk merampungkan kuliahnya. Katanya, menilik pendidikan anak-anak sekarang perlu bukan hanya sekedar pelajaran umum, yang terpenting adalah penanaman nilai moral dan agama.

Anak-anak yang dibekali ilmu agama, katakanlah salah satunya bersekolah di madrasah atau pesantren yang mengkhususkan pada pelajaran keislaman, bukan jaminan ia bisa menjadi ‘lurus’ dan tidak terjerumus pergaulan yang ke barat-baratan. Apalagi jika sejak kecil sudah dijejali tata cara dan gaya pendidikan yang hanya mementingkan tujuan kemapanan duniawi saja.

Memang, 2 hal itu juga tergantung pribadi si anak nantinya. Tapi bukankah paling tidak sebagai langkah awal penanaman nilai-nilai moral dan agama, sebagai dasar untuk bekal akhirat kelak. Karena itu, jauh lebih penting dari segala jenis pendidikan (umum maupun agama) yang didapat anak di sekolah, adalah PENDIDIKAN AGAMA DI RUMAH. Jadikan rumah dan para penghuni di dalamnya punya atmosfer keislaman yang kondusif dan terarah.

Yang lebih mencemaskan saya, berkaca dari peristiwa di atas, adalah ironisme yang terjadi di kalangan masyarakat belakangan ini. Para orang tua berramai-ramai mengikutkan anak-anaknya dalam program les untuk mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris atau untuk les musik yang kadang tidaklah terlalu perlu.

Tapi ketika anak-anak hanya bisa bengong dan melongo saat membaca surah al fatihah karena tak bisa membaca huruf hijaiyah, yang saya lihat orang tuanya adem ayem saja, tak ada niat memberikan les mengaji atau mengajari si anak baca tulis Al Qur’an.

Sungguh sesuatu yang amat memiriskan rasa hati saya.

Jikalau di rumah saja anak tak mendapat bimbingan agama dan pendidikan moral yang cukup dan tepat lantas bagaimana jadinya dengan pergaulannya di luar rumah? Maka kita tak perlu kaget jika tawuran pelajar marak, bisa bergaul bebas tanpa batas, sampai seks usia dini hingga kehamilan dan aborsi.

Saya bersyukur, walau tidak pernah sekolah agama secara intensif tapi orang tua terutama Abah, beliau cukup sadar dalam penanaman nilai agama bagi anak-anaknya. Saya masih ingat, dahulu selesai solat Magrib berjamaah, beliau selalu mengajari saya mengaji walau saya juga bersekolah di TPA setiap sore. Dan suasana itulah yang ingin saya ‘hidupkan’ di lingkungan keluarga saya.

Sungguh tak mudah, mendidik anak-anak di era ini penuh tantangan dan perlu pengawasan ekstra. Ini adalah akhir zaman, perlahan menuju pasti suatu kehancuran yang tak terelakkan. Dan kita semua perlu bekal iman yang cukup agar kehancuran itu tak menjadikan kita binasa dan masuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

Wallahualam bishshawab. . .

30 thoughts on “TANTANGAN PENDIDIKAN DI AKHIR ZAMAN

  1. Hadir, nah.. Lun mampir aja cil lh he, handak b'ilang plang nah kalain bnyk nang dikunjungi, 😀 slamat mlm aja

    Like

  2. Ngomong apa yu amang bingung nah
    timbul satu pertanyaan. Siapa yang salah dan siapa yang disalahkan? Garuk kepala dahulu nah ulun cilai

    Like

  3. Jika orang tua mendidik anaknya dengan baik, walaupun tidak sekolah sekalipun, bisa di pastikan berkat ridho kedua orang tua, anak tersebut bisa menggapai apa yg di inginkan,
    Dengan Catatan TA'AT

    Salam

    Like

  4. Jadi inget sama lagunya Bang Haji, Qur'an dan Koran..
    Bahwa manusia di era modern lebih mementingkan urusan dunia dari pada kepentingan akherat..
    Maka banyak orang tua yg lebih bangga anaknya mempunyai kemampuan tekhnologi dari pada anaknya mempunyai kemampuan utk urusan agama sebagai bekal kehidupan di aherat…

    Like

  5. Memang susah menanamkan moral n pendidikan agama pd anak2 skrg, klo tdk dr ortu ny sndiri yg lbh dlu mngjarkan hal tsb.

    kalo misalnya ga pnya waktu ya plg nggk serahkan ma guru / sekolah yg tepat.
    ditambah teman n lingkungan t4 tinggal yg baik. soalny namanya ank2 mudah meniru kebiasaan org maupun tmn bermainnya, jd sbg ortu perlu bgt memperhatikn kegiatan anak agar tdk terseret arus pergaulan yg buruk..

    tu dulu deh, ntar jd sok tau.. hehe

    Like

  6. kalo bisa mah dua2 nya mba ya pendidikan agama.n dan pendidikan formal.n.. Biar seimbang jadi.n.. Kalo anak pinter tapi agama.n kuat kan bagus juga mba..

    Like

  7. top markotop bos

    Mampir, Ada new post
    Trik Internet Gratis Indosat anti Block bugs baru,Telkomsel, xl combo dan three all apps handler

    Like

  8. 3 Hal dan faktor pendidikan yang sangat dasar
    1.Keluarga
    2.Sekolah/formal
    3.Lingkungan….

    yang paling mempengaruhi dalam karakter anak adalah keluarga,jika sejak dini d tanamkan akhlak dan aqidah yang benar insyallh kan lurus ke dpan nya…

    Like

  9. cukup wajar kalo usia segitu belum bs shalat, apalagi belajar di SD doang. Ane aja dulu baru bs ngaji kelas 5 an, gak pk guru ngaji, untung ane lanjut ke MTs sembari mondok bentar 😀

    Like

  10. saya rasa memang bukan materi agamanya yg semakin sulit..krna dr zaman dulu kala huruf hijriyah ya seperti itu..
    Tp kita2 nya aja yg suka nggampangke..
    Meski anak saya lbh pandai dalam baca tulis bhs Arab,tp saya selalu berusaha menambahkan dr segi ahlak untuk dipraktekan semampu saya.
    Soalnya sekarang kadang materi pelajaran sering banyak teori dr pada praktek langsung.
    Trims diingatkan

    Like

Leave a comment