Hari ini, seperti biasa, di sebuah koridor panjang dengan lantai marmer putih aku mempercepat langkahku. Ada mendung hitam bergayut di langit sana.
Tak banyak yang dapat ku ingat dari ibu, ketika semua terjadi aku masih kanak-kanak sekali. . . .
Ah ibu, aku tahu beliau bukan wanita cengeng yang gampang sedih. Saat gaji ayah tak mencukupi untuk sekolah kakakku dan aku, juga adikku yang masih balita, beliau dengan sigap membantu perekonomian keluarga. Beliau begadang malam hari, membuat penganan kue-kue dan menjualnya siang hari. Sampai suatu malam, aku terbangun saat mendengar tangisan dan teriakan di dapur.
Saat itu yang ku ingat adalah ayah jadi jarang pulang karena menjadi tukang ojek malam hari. Tapi aku tak pernah tahu bahwa dari pekerjaan sampingan yang ayah klaim dapat menambah penghasilan itu, segalanya bermula.
Kadang satu malam ia tak pulang, dua hari sampai berhari-hari. Wanita pendiam yang tegar itu, yang ku sebut Ibu. . . Beliau tetap berjualan seperti biasa, karena ayah mulai alpa memberikan sangu kepada kami berempat. Itu berlanjut dan puncaknya adalah malam itu saat ku dengar keributan di dapur.
Rupanya ayah baru pulang setelah nyaris seminggu lupa pada rumah. Entah kenapa beliau marah sekali pada ibu yang masih sibuk memasak kue-kuenya. Aku tak berani melihat langsung ke dapur, hanya dari celah pintu kamar. Kulihat kakakku yang saat itu baru masuk SMU menangis meraung-raung dengan sebatang sapu ditangannya.
Ayah dan ibu terlibat pertengkaran dan adu mulut. Tak jelas apa yang mereka ributkan, hanya ibu berkali-kali menyebut “wanita itu”. Lalu ayah kian menggila, beliau mulai memukul ibu, dan menampar wajahnya. Sampai kakakku histeris saat ayah hendak membanting sebuah kursi kayu pada ibu.
“BERHENTI !! Jangan pukul ibuku, jangan pukul ibuku, ayah pergi!” teriak kakak berulang-ulang sambil memukulkan gagang sapu pada pintu.
Dan akhirnya kursi itu dihempaskan ke lantai dan ayah pergi lagi entah kemana. Kulihat ibu dan kakakku berpelukan dalam tangis paling memilukan yang pernah ku ingat, aku berlari dan memeluk ibu, ikut menangis. Saat itu adik kecilku masih terlelap di ranjangnya.
Tak pernah ku tahu, malam itu adalah awal dari hari-hari gelap ibu. Dan aku baru tahu jawabannya setelah beberapa bulan kemudian. Ayah pulang membawa seorang bayi laki-laki berusia 8 bulanan. Yang ternyata adalah anak dari istri muda ayah, yang masih terbilang tetangga karena rumah wanita itu tidak jauh dari rumah kami. Setiap akhir pekan dan sepulang sekolah kami bertiga disuruh ayah menjagakan Reno karena ibunya harus bekerja.
Dan ibuku, aku tak tahu bagaimana hati ibu saat harus merawat anak dari wanita yang telah mengambil lelaki yang ia sebut suami. Bertahun-tahun itu terjadi. Rupanya anak laki-laki itulah yang menjadi kebanggan ayah, yang tak pernah ada pada kami, putri-putrinya.
Belasan tahun berlalu, istri muda ayah itu telah punya dua anak. Kami telah terbiasa dengan segala kekurangan dan saling berbagi, sampai-sampai aku mengira duka itu telah sirna.
Tapi aku tak pernah tahu, saat ibu mulai meracau tak jelas, marah-marah, mengganggu orang dan atau mengamuk tiba-tiba.
Sampai di sinilah ibu akhirnya saat seminggu yang lalu sebuah mobil petugas kesehatan terpaksa membawanya dengan ke dua tangan terikat dan suntikan penenang.
Mendung sedari pagi yang memberati langit akhirnya menjatuhkan rinai gerimis. Aku melangkah cepat bersama ke dua anakku menuju ruangan tempat ibu di rawat di sebuah rumah sakit jiwa.
“Nenek. . . !” ke dua anak ku memeluk ibu, kata suster kondisi beliau mulai stabil. Kami duduk santai di kursi panjang di selasar itu.
Aku mencium tangan ibu yang selama ini telah merawatku. Aku tak pernah tahu ternyata luka-luka itu separah ini. Luka-luka masa lalu itu ternyata mampu membawa ibu ke tempat menyedihkan macam ini. Ibu bercanda dengan ke dua cucunya, beliau bilang jika terus membaik dan teratur minum obat, beliau bisa cepat pulang.
“Ibu harus sembuh dulu,” kataku sambil melihat pergelangan ibu, di sana ada bekas ikatan di kulitnya. Kata suster baru tadi pagi dilepaskan karena ibu tak meronta-ronta lagi.
“Kasian Ipah, siapa yang menyediakan keperluannya?” ibu ingat adikku yang baru masuk perguruan tinggi.
“Ibu tenang aja, kan di rumah ada ayah.”
Mendadak ibu terdiam, aku menatap wajahnya. Ah, mendung itu belum sirna. Sementara gerimis menjelma hujan memerciki sepanjang selasar pagi itu. . .
Gambar dari:
kresyagina.wordpress.com
@oglex only,
pasti, stiap ibu punya ksh syg. Seorg ibu sibuk pasti ada hal yg melatarbelakangix, ada alasan yg membuatx melakukan itu. Tp cinta dan ksh syg juga tak bs brdiri sndiri, harus dipupuk dgn sbr. Krn itulah, yg trpenting skrg adlh kt mencintai ibu trlbh dahulu, sbg bntuk kewajibn dan kepatuhan.
LikeLike
Kasih ibu kepaea beta tak terhingga sepanjang masa. Slalu memberi tak harap kembali bagaikan surya menyinari dunia. 😉
LikeLike
luph u mom
LikeLike
Jadi inget ibu ku mb,
maafin jarang nyangkut comt mytha ya mb.
LikeLike
Am from nigeria
LikeLike
Kaingatan lawan mama dirumah 😥
LikeLike
sangat mengharukan mba,,begitu berat beban ibu. . .
LikeLike
Wah mantap sahabat.
Nyimak artikelnya.
LikeLike
Pengalaman pribadi kah tu
LikeLike
subhanallah….
betapa terkoyak hati ini ketika membaca kisah pilu ini, namun saya bersyukur bahwa ketegaran ibu dan anaknya begitu besar.
Dan saya yakin ada bentuk kasih sayang Allah yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang karena ia hanya bisa dirasakan oleh hati yang jernih.
Assalammualaikum,
salam kenal mbak….
terima kasih atas untaian cerita yang dahsyat.
🙂
LikeLike
Wah terpotong lagi ceritanya,,:D
Tag »» FORMULIR PENDAFTARAN KONTES MYWAPBLOG FAMILY TELAH DIBUKA !!…
Salam Keluarga MYWAPBLOG
»Mas Raghiel«
LikeLike
Jd pgn balik ke surabaya,. Klo di rmhku kebalikannya, kami semua cowok 5 orang. Ga bs tak bygke ibu betapa sabar mengurus kami yg ktnya dulu naksl2 ini..
Ibu
LikeLike
Selamat hari ibu 🙂
LikeLike
bagus2,,, bagus lagi tema lebih di perkuat diending… sukses berkarya ye
LikeLike
keren gan.jgn lpa mampir ya http://rizqprayogo.mywapblog.com/
LikeLike
Nyimak aja artikel. Ditunggu kunbalnya
LikeLike
mlam sist..cmn hdr mxapa
LikeLike
mboke.. Maafin aku,,? & aku kangen
LikeLike
jgn smpai bkin ibu kita nangis.
Buatlah bhagia sllu.
LikeLike
Postingan mu di blog ini selalu keren gan!
Jangan lupa kunbalnya lho?
Post baru:
¤ Trik Sulap – Menghipnotis Ayam Atau Unggas
LikeLike
ibu..hapuslah air matamu dan saya akan selalu menjagamu 😥
Salamat hari ibu mbk..
LikeLike
Assalamualaikum wr wb.
Seorang wanita memang sering memendam derita yg disebabkan oleh ego lelaki.
Maaf baru bisa berkunjung.
LikeLike
nyimak ae ah
LikeLike
Absen pagi salam Mwb sukses slalu
Mampir, Ada new post
Trik Internet Gratis Xl combo Tanpa Opera zone dan Masteng, trik All Telkomsel
angkat file Ratusan MB,
Desember 2013 ,trikpindah paket xl Bebas ke Xl
combo Gratis paling ampuh
LikeLike
itulah kekuatan seorang ibu..selalu tegar dalam menghadapi segala masalah 😦
jadi terharu nih…
LikeLike
klo dekat cuek, kll jauh kuangen banget… Itulah ibu!!! Tp cinta terdalam senantiasa padax, akupun menangis ikhlas karenanya.
Maaf telat ba'…
LikeLike
Nyimak Aja Deh Sob 😀
Kunbalnya Yah !
LikeLike
jd kangen ama ibu nieh…
LikeLike
Mantap post nya..
Kunbal yah..
LikeLike
kunjungan malam… tk tggu kelanjuta ceritanya 🙂
sekalian di tggu kunbalnya
LikeLike