Sebenarnya. . . Sejak kapan ya saya suka Korea?
Perasaan booming K Pop sudah lewat, tapi kok saya baru heboh sekarang, sendirian.
Bisa dibilang saya telat banget suka hal-hal berbau Korea (terkhusus drama). Dulu, beberapa tahun lalu saat teman-teman dan saudara bilang tentang drama Korea rame-rame dan asik saya mah gak ngeh dan tak terlalu menanggapi. Secara dulu emang lagi sibuk-sibuknya mengurus anak yang masih baby dan seharian juga full bantuin suami berdagang pas masih punya satu anak. Jadi, mana ada waktu?
Trus, saat salah satu TV swasta nasional intens dan konsisten menayangkan drakor saya cuma sempat memajang mata dan kekaguman saya di beberapa judul drama saja. Bayangkan, dari sekian banyak judul drakor yang tayang saya cuma sempat lihat sekitar 4 cerita. Dan sekarang, sedihnya, stasiun TV itu udah gak lagi menayangkan drakor. Putar haluan ke genre drama dan sinetron lokal yang didominasi oleh perebutan suami. Ckckck. . .
Jadi kalo mau liat drakor ya kepaksa lewat DVD.
Kayaknya, opsi pemasangan TV berlangganan perlu ditinjau kembali. Sumpah, saya sebagai ibu rumah tangga dibuat kecewa berat dengan tayangan TV lokal.
Tapi yang namanya tayangan hiburan sebagus apapun tetap saja kita perlu bijak saat memilihnya jadi tontonan, apalagi kayak saya yang gak mungkin bisa selalu nonton sendirian, kan ada anak-anak. Positif negatif tetap saja ada.
Nah, kira-kira inilah yang membuat saya betah dan agak-agak maniak Korean fever (dan juga kayaknya yang bikin drakor laris manis di jagad Asia termasuk Indonesia):
1. CERITA
Saya itu kalo suka film atau drama gak terlalu maniak dengan tokohnya. Yang penting cerita dan alurnya, kalo ceritanya udah bagus ditambah pemainnya enak dan bagus pula. Pasti betah deh. . .
Pun saat nonton drakor pertama kali gak ada artis yang difavoritkan (belum). Cerita-cerita di drakor emang patut di kasih 4 jempol.
2. LOKASI
Ini nih, yang paling membuat mata betah banget liat drakor dan juga konon membuat dunia pariwisata Korea Selatan maju pesat. Lewat film dan drama mereka sukses membuka mata dunia tentang betapa indahnya negara mereka dan pantas menjadi list tempat destinasi wisata.
Mulai dari romantisme ala angin sepoi pantai, patah hati di taman di bawah guyuran hujan nyampe kesejukan area perkebunan. Semuanya nampak pas dan natural banget antara pemilihan lokasi syuting, cerita dan scene adegan yang diambil. Daebak banget lah pokoknya!!
3.LAGU PENGIRING DAN ORIGINAL SOUNDTRACK
Apa lagi?
Setelah 2 hal di atas, yang paling membuat kebahagiaan terasa lengkap saat melototin drakor adalah lagu-lagu OSTnya yang bener-bener ciamik. Sampai-sampai lagu tersebut seakan jadi satu kesatuan dengan adegan di dramanya. Jadi saat di suatu tempat denger lagunya otak jadi langsung refleks memutar scene demi scene di drama yang ada OST tersebut. Kok bisa ya lagu ama film/drama udah kayak kembar siam tak terpisahkan?
Kebayang kan gimana romannya pas jatuh cinta ada lagunya, pas patah hati ada lagu sedihnya? Ah, para Korean maniac pasti tahu lah lagu OST apa yang paling “OST gue banget” bagi mereka. Ayee. . . .
4. PANDAI MENCIPTAKAN KETEGANGAN
Siapa bilang kalo drakor identik dengan kisah romantik yang melow selalu? Ada kok yang ceritanya dibumbui action dan menegangkan. Tapi menurut saya yang drakor romantis sekalipun selalu menegangkan buat saya. Mereka emang pandai mengambil jeda dan memainkan adegan pada saat yang tepat yang sekiranya membuat para penonton enggan beralih tempat.
5. KARAKTER
Ini juga penting banget dalam suatu cerita, dan lebih penting lagi memilih dan menentukan karakter yang akan diperankan oleh pemain yang sesuai dengan wajah atau kemampuan si pemeran. Tak diragukan lagi, drakor emang jagonya.
6. MENGAJAK PENONTON JADI TAHU
Setiap nonton drakor saya sering merasa mengalami sendiri atau minimal berandai-andai. Mereka juga gak keberatan memberikan penjelasan tentang pembuatan sesuatu di drama mereka atau menerjemahkan istilah-istilah yang sulit dimengerti.
7. ARTIS
Saya meletakkan ini di urutan terakhir karena emang sengaja. Saya kurang suka karena konon katanya artisnya banyak manusia rakitan hasil oplas, dan kadang polesan make up pada wajah pemeran pria membuat saya merasa kurang sreg.
Tapi memang tak dipungkiri mereka memang rupawan, dan ada juga beberapa yang saya suka. Tapi jujur, artis lokal kita pun tak kalah rupawan dan menawan hanya saja belum kebagian cerita yang menggugah jiwa, masih berkutat di sinetron yang itu itu itu itu saja.
Nah, kiranya itulah pendapat saya tentang hal positif dan kenapa saya suka drama Korea. Sebenarnya saya berharap sinetron lokal bisa kembali seperti dulu yang ceritanya jelas dan episode tak terlalu panjang (hm. . .jadi ingat Pertalian, Janjiku, Senja Makin Merah dsb).
Nanti saya akan bahas tentang hal-hal negatifnya, jadi jangan kapok dan tunggu posting selanjutnya.