KENGERIAN TRAUMATIK MASA LALU YANG MEMBENTUK DAN MENGUBAH SESEORANG (Review Buku “Menyingkap Karen”)

This is what that i called live!

Inilah apa yang saya sebut hidup. Menikmati hobi dan sedikit me time di tengah rutinitas harian saya sebagai ibu rumah tangga. Beberapa waktu lalu saya dibelikan (lagi) oleh suami sebuah ponsel berbasis android yang kali ini lumayan canggih dibanding gadget abal-abal yang dulu pernah kami miliki hanya untuk menyenangkan anak-anak bermain game online.

Bisa dibayangkan seperti apa rasa “pride and prestise”nya di jemari saya yang terbiasa menjamah ponsel java sederhana yang fitur hebatnya hanya karena ada kamera bermegapixel skala dua di belakang layarnya dan jaringan internet berbasis Edge yang loadingnya cukup menguji kesabaran jiwa. Ckckck. . .

Saya bersyukur, karena saya dapat menggunakan si android ini sebagai mana mestinya. Paling tidak, saya merasa sedikit lebih cerdas dan tidak gaptek-gaptek amat ketika ponsel pintar itu bisa saya gunakan untuk menyalurkan hobi membaca novel kronis yang saya derita (yang sukses membuat saya sekarang berkacamata berlensa super tebal karenanya). Yah, walau untuk menulis saya tetap mengandalkan si jadul Java, sebab masih agak gemetaran dengan sensitifitas tombol layar jilatnya. Hahay. . .

Saya mulai memburu ebook yang bertebaran di internet dan mengunduh aplikasi readernya yang paling mumpuni. Sukses, sayapun menemukan sebuah ebook yang cukup menggugah di blog seorang sahabat MWB, DI SINI.

karen.jpg

Ebook yang berjudul Menyingkap Karen ini mengisahkan tentang seorang Psikiater bernama Richard Baer__sekaligus penulis buku ini__ yang menangani seorang pasien depresi bernama Karen, seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak.

Karen mengeluhkan berbagai tekanan dan rasa sakit fisiknya pasca melahirkan anak ke duanya melalui operasi cesar. Jadwal konseling, pertemuan dan kegiatan konsultasipun dimulai dengan Dr. Baer. Fakta-fakta penyebab dan pemicu depresi juga keinginan yang begitu besar untuk melakukan bunuh diri dan melukai diri Karen pun mulai terkuak perlahan-lahan. Membuka lembar demi lembar sketsa hitam di sepanjang kehidupan Karen dan trauma emosional masa lalu yang ternyata sangat menyakiti diri, jiwa dan mentalnya melebihi yang dapat manusia bayangkan sebelumnya. Penuh luka menganga yang menyeret inti sari kehidupan manusia dari koridor seharusnya. Bahkan seorang psikiater handal (yang amat mengedepankan profesionalitas dan kredibilitas) seperti Dr. Baer pun seakan ikut larut, tersesat dan merasakan ketakutan yang sama besarnya seperti yang dirasakan Karen dan kecenderungannya untuk bunuh diri yang sangat parah itu.

Selama 18 tahun pengobatan Karen, banyak fakta mencengangkan yang akhirnya terungkap. Melalui terapi hipnotis, akhirnya Dr. Baer menemukan kepastian diagnosis kondisi Karen yang selama ini telah dicurigainya. Terbukti, Karen mengalami gangguan kejiwaan kepribadian ganda, tidak tanggung-tanggung ada 17 macam alter ego yang berada dalam tubuhnya dan mengendalikan kehidupan Karen sepenuhnya selama 30 tahun lebih.

Ke 17 sosok ini secara sistematis menangani berbagai peristiwa hidup Karen sehari-hari. Membuatnya sering merasa menjadi orang yang paling gila, kehilangan waktu dan tak dapat mengingat apa yang telah ia lakukan beberapa saat sebelumnya (bahkan Karen merasa tidak pernah berhubungan fisik dengan suaminya).

Sungguh sangat mengerikan menyaksikan bagaimana Karen bisa memiliki kepribadian ganda itu. Setiap peristiwa, waktu dan tempat kejadian digambarkan secara detail, teratur dan jelas. Membuat saya yang membacanya tak ayal merasakan gelitik ngeri di bagian tubuh saya sendiri karena Karen semasa kecilnya adalah korban child abuse paling brutal yang saya ketahui pernah ada dilakukan oleh manusia; orang-orang terdekat Karen yang mestinya menyayangi dan melindunginya.

Karen telah dijadikan objek kekerasan seksual oleh Kakek dan ayahnya sendiri. Saya sedih dan marah ketika di usia 7 tahun ia (maaf) dilecehkan, diperkosa, dilukai, ditusuk dan diiris organ vitalnya. Dan dengan cara paling biadab yang pernah ada di usia 11 tahun ia mulai dijual ayahnya pada rekan-rekan kerjanya dan diharuskan melayani mereka. Ibunya tidak peduli dan tak pernah membelanya. Sampai ia dewasa dan menikah, sang suami pun tidak memperlakukannya dengan baik.

Membuat saya bertanya hal yang sama yang ada dalam pikiran Dr. Baer: apakah hal semacam itu memang benar terjadi dan bagaimana mungkin manusia dapat menghadapinya ?

Dan ternyata, 17 kepribadian dengan latar dan karakter berbeda itulah yang menjadi mekanisme pertahanan diri seorang Karen, ia mengalami kesulitan akut dalam mempercayai orang lain. Karenanya perlu waktu bertahun-tahun sampai akhirnya ia mengungkapkan traumanya pada Dr. Baer.

Fiuh. . .

Most recomended !! #ngelapingus
#jemurbantal

8 thoughts on “KENGERIAN TRAUMATIK MASA LALU YANG MEMBENTUK DAN MENGUBAH SESEORANG (Review Buku “Menyingkap Karen”)

  1. Artikel nya bagus sist,..android emang canggih sob..saya lbh suka menjalankan bisnis online melalui android karna android adlh slh satu smartphone yg serba bisa menurut gue

    Like

  2. Assalamualaikum…

    Mendengarkan curhat seseorang memang kadang menguak cerita yg sama sekali tak pernah kita bayangkan.

    Membaca novel/buku (termasuk blogwalking), hobby yg sekarang sangat sulit tuk kulakukan.

    Like

  3. Hmm jariku juga keder kalo make hp layar belai krn kebiasaan make hp java yg ada keypadnya…

    Pas baca tentang karen kok aku jadi kepikiran ya, aku kadang ngeri dan ga sanggup liat darah sampe merem2 tapi di saat yg lain kok malah agak seneng liat darah pengen megang jg hhii mudah2an ga knp2 dh..

    Like

  4. @Maz Puji,

    gak maz, dia cuma depresi dan ingin menyakiti dirix sndiri/bunuh diri krn sering bingung dgn kondisi dirix yg sering berubah2 dan tak dpt mengingat hal2 yg tlh ia lakukan (sering kehlgn waktu dan linglung krn kepribadianx yg berganti2 menjlnkn bermcm peran dlm khdpnx).

    Like

  5. bagus banget keknya ceritanya xD Aku aja nyampe gak berkedip baca setiap kalimat dalam review mbak ini.
    Sebenarnya aku masih bingung nih dengan ke-17 kepribadian itu?_?

    Like

Leave a comment