Aku tak tahu. . .
Kelak akan seperti apa kenangan melukaiku dan mengingatkanku padamu.
Di jalanan basah yang pernah kita lewati.
Waktu telah melemparkanku jauh, di tempat-tempat yang tak terlupakan.
Mungkin hanya kenang yang tersisa,
sedikit ingatan yang mungkin masih ada.
Atau barangkali rindu,
yang sesekali masih menggaungkan namamu.
Dan bila gelap malam menyergap,
masih saja airmata mengaliri cekung pipi.
Merefleksikan mimpi dan segenggam cinta yang beranjak pergi. . .
Sebuah puisi pendek yang pernah saya kirimkan DI SINI
Ahhh … Aku jadi teringat Naura… Hikz…
Di jalan basah, dibawah rintik gerimis
Berpayung berdua diantara kabut tipis berselubung gerimis… huaaaa…. huaaaa….
#Salto ditengah sawah… 😀
LikeLike
Puisi yang bagus Bu
Tentang kerinduan dan masa lalu ya 🙂
LikeLike
Assalamualaikum…
Pasti ni puisi jadulmu soalnya disitu ada kata "cekung pipi", sekarang kamu kan ga kurus!
LikeLike
@eanreana,
wa alaikumslm.
Haha. . . Skrg pipiq chubby bgt ya, big face.
Tp bkn krn aq lg kurus pas bikinx, tp maksud puisi ini adlh tentang seorg anak manusia di hari tuax yg mengenang ksh cinta d masa lalu. Begitu. . .
LikeLike
@Radika Iranda,
ah, tau ajah.
LikeLike
@Djacka Artub,
hahay. . .
Hati2 loh kecemplung empang kalo maen salto d swh. Xixi. . .
LikeLike
Yang biasa ngomongin seputar sumur, dapur ama kasur gak nyangka ternyata bisa puitis juga. Haha
LikeLike
Jadi pipi cekung gambaran masa tua ya ??
Hick,,itu @JK ngece !
LikeLike