MENGULAS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

“Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli.” (Al Waqi’ah: 22)

“Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita.” (Ar Rahman: 70)

Akhir-akhir ini alur kehidupan sedang berjalan kurang menyenangkan dan kurang memenuhi lumbung harapan. Hati pun dipenuhi mood jelek dan emosi negatif yang senantiasa mengancam produktifitas hidup. Belum lagi cuaca super panas sebulan terakhir ini. Pasca hujan lebat dan sedikit banjir di Januari lalu, hujan tak pernah benar-benar menyentuh tanah ini lagi. Sawah-samah mulai mengering padahal baru saja mulai musim tanam. Pun setali tiga uang dengan kebijakan para abdi negara yang nampaknya akan membuat kita lebih sering mengurut dada, menempa selaksa kesabaran hingga level paling mutakhir. Agar kepala tetap pada tempatnya meski harga BBM, tarif angkutan umum, kereta api, listrik, sembako sampai terasi busuk naik (sering juga turun naik, maju mundur cantik. . Gak cantik kalo gini mah !) gila-gilaan tak kenal kompromi.

Kalau sudah begini, saya bisa jadi uring-uringan sepanjang sore. Mau nyampah, sadar sudah gak punya akun FB lagi (syukurlah). Tapi beruntung ada novel bagus rekomendasi adik saya. Tentu saja bukan dalam bentuk buku fisik yang tebal, berat dan juga mahal itu, melainkan ebook berjenis pdf saja.

bidadari2-surga.jpg

Novel BBS karya Tere Liye ini benar-benar menggugah jiwa, inspiratif dan penuh hikmah. Bahkan ternyata sudah sukses difilmkan, yang saya baru tahu sekarang (saya sering dibuat kecewa oleh film yang diadaptasi dari buku, sering sangat berbeda dari buku aslinya). Karena saya seorang “enjoyed reader” yang lebih bisa menghayati bacaan ketimbang tontonan.

BBS menceritakan tentang kisah anak manusia di Gunung Kendeng, tepatnya di sebuah tempat indah nan asri Lembah Lahambay (di daerah Sumatera, mungkin). Adalah Laisa dan empat adiknya Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta yang berjuang dalam keterbatasan dan jeratan kemiskinan yang mengisolir kehidupan penduduk kampung. Betapa Tere Liye dengan apik menyampaikan kehidupan sederhana itu menjadi konflik yang luar biasa. Rumit tak terperi namun dapat dipahami.

5 anak yatim yang ditinggal mati bapaknya karena diterkam harimau gunung itu berusaha keras untuk tetap melanjutkan hidup tanpa ayah. Laisa, si sulung yang tak normal tubuhnya rela mengorbankan masa kanak-kanaknya dan membantu sang ibu di ladang agar ke 4 adiknya tetap bisa sekolah dan ‘jadi orang’, mencapai cita-cita, melihat dunia, tidak berakhir hanya menjadi penduduk lembah yang mencari kumbang, menyadap damar atau berladang sepanjang tahun berkutat dengan kemiskinan.

Benar-benar sebuah cerita yang membuat saya merasa hina jika dibandingkan dengan ketegaran dan keteguhan Laisa. Membuat keluhan-keluhan saya tadi tak ada apa-apanya. Laisa yang berkulit hitam legam karena sering terbakar matahari di ladang, yang tubuhnya pendek, berwajah jelek, namun berhati bidadari. Mengerjakan apa saja, bangun pukul 3 dini hari membantu sang ibu, memasak gula aren, mengantar adik-adiknya sekolah, lalu ke ladang dan malamnya mengerjakan anyaman. Sampai pada mimpi manis perkebunan Stroberi yang jadi kenyataan ketika rombongan mahasiswa KKN memberikan penyuluhan dan perubahan. Dan Laisa lah yang jadi pelopor gerakan perubahan di lembah itu.

Maka sukseslah si jenius Dalimunte (yang semasa kecil telah mampu membuat kincir air untuk mengairi sawah-sawah penduduk lembah) menjadi profesor ahli fisika dengan penelitian tentang Peristiwa Bulan Terbelah oleh Rasulullah dan Badai Gelombang Elektromagnetik Menjelang Kiamat. Juga menghantarkan Ikanuri dan Wibisana menjadi spesialis sparepart mobil balap yang mendunia, dan Yashinta yg menjadi aktivis pencinta lingkungan di bidang konservasi satwa langka, penakluk 27 gunung di seluruh dunia.

Laisa dan ke empat adiknya adalah kepahitan-kepahitan masa lalu yang berbuah manis. Semanis warna merah perkebunan Stroberi puluhan hektar milik Laisa. Pengorbanan dan ketegarannya sepanjang hidup hingga akhir hayatnya demi ibu dan adik-adik yang dikasihinya sungguh luar biasa. Laisa adalah sosok yang dapat mengerti hidup dan cinta pada pengertian yang paling hakiki (meski ia tak menikah sampai akhir hidupnya). Ia mencintai dan menerima kehidupannya dengan amat baik, pengorbanan-pengorbanan yang ia lakukan demi adik-adiknya adalah perwujudan cinta yg mampu memberdayakan dan mengubah kehidupan. Maka tak berlebihan jika penulis, Tere Liye menuliskan dengan sangat menakjubkan tentang “mimpi sejuta kunang2, cahaya yang mampu menerangi kegelapan lembah, jutaan warna pelangi dan seperti ribuan kupu-kupu bersayap kaca.”

Membuat saya harus lebih mensyukuri hidup ini dan menikmati matahari.

Sungguh, satu lagi karya Tere Liye yang amat sayang jika dilewatkan!

7 thoughts on “MENGULAS NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

  1. Assalamualaikum…

    Jd pengen bgt ke BLC, krn novel ini jd salah 1 koleksi disana & membacanya.

    Setuju bgt kl film yg diangkat dr buku sering ada adegan yg hilang. Membuat cerita tak lengkap lg.

    Like

  2. Karya Tere Liye emang bagus2, aku udah baca beberapa novelnya…
    selalu inspiratif, menggugah, dan kadang sampai nangis terhanyut oleh alur ceritanya

    Like

  3. Tuhan mendewasakan anak2 itu dengan caranya yg sempurna ya ??

    Eh ya ,,saya juga seneng baca karyanya bung Tere liye,,pernah baca biografinya juga, sepertinya kehidupan nyata nya yg sering menginspirasi tulisanya ya ?

    Syukur deh,,udah sembuh nyampahnya,,klo gak dipaksa mang gak bisa sembuh2 kok penyakit atu nih..

    Like

  4. Terus terang diriku belum pernah sekalipun baca novel. Imperium 3, buku yang berisi tentang sejarah peradapan manusia, satu2nya buku tebal yang ku baca sampai tamat.
    Tahukah anda? Bahwa gara2 buku ini, Denok kabur!

    Like

  5. @ALL MUSIC
    Thanks udah hadir.

    @eanreana,
    wa alaikumsalam.
    Iya, harus bc. Emang keren bgt dan penuh makna dan hikmah khdpn.

    Malah ada yg filmx dibuat beda bgt dr bukux.

    @Lucky Charm
    sama, sy aja ampe bengkak ni mata.

    @riniwp,
    iya mbak, sy kemarin ampe akut bgt sindrom nyampah di FB x. Makax skrg biar pun kdg rasa ada yg aneh krn gak bs FB an lg, tp udah gak bengong lg walau gak update status.
    Ini msh diterapi. Xixixi. . .

    @John Kampret,
    lah, bung, kok bs Denok ampe kbur cuma gr2 bc buku??

    Gak kebyg kalo kamu bc novel ini bs2 org sekelurahan yg kbur. Wkwkwk. . . .

    Like

Leave a comment