SETITIK CAHAYA DI TENGAH KELAMNYA NUANSA KEBEBASAN DI TANAH RUSIA (Review Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman EL Shirazy)

Sebenarnya sempat bosan dan males sendiri dengan karya-karya Kang Abik yang sering bercerita tentang tokoh yang alim sempurna, gak neko-neko, taat dan pemberani. Sedikit terlalu idealis menurut saya di tengah tatanan duniawi yang amat rusak ini. Walau saya telah merampungkan beberapa novelnya dengan hampir selalu terkesima dan penuh lelehan airmata namun juga perlahan mencibir sendiri karenanya. Saya menyukai karya-karya kang Abik sekaligus kesal juga. Aneh ya, kok bisa?

Ada tokoh Fahri di Ayat-Ayat Cinta yang membuat saya gemes sendiri perihal hubungannya dengan dua wanita. Juga si Azzam di Ketika Cinta Bertasbih yang bukan main heroiknya karena mampu membiayai diri sendiri untuk menempuh pendidikan di luar negeri dan juga adik-adiknya yang terbilang sukses semua (justru membuat saya lebih cenderung pada Furqan yang mendapat ujian fitnah wanita dan ‘sedikit terjebak’ karenanya). Ada Pudarnya Pesona Cleopatra tentang ketulusan seorang istri yang menantikan cinta suaminya yang ternyata amat menggandrungi kecantikan eksotisme wanita negeri piramida. Juga Takbir Cinta Zahrana, tentang pentingnya menjaga kesucian diri dan impian sederhana dalam pencarian cinta sejati yang ternyata rumit di usia yang tak lagi muda.

Tokoh utama selalu digambarkan dengan karakter yang amat sangat baik-baik dan keimanan yang nyaris tanpa cela.

bumi-cinta.jpg
(pic: http://www.dakwatuna.com)

Tapi yang namanya hobi membaca, walau di Bumi Cinta kali inipun penulis tidak menawarkan hal baru, ada sesuatu yang mampu menarik minat saya untuk mencerna tiap katanya. Novel-novel Kang Abik selalu mampu jadi semacam oase di tengah gerah hedonisme dunia sastra modern yang digempur oleh karya-karya yang mengusung vulgarisme dan dominasi roman erotisme. Pun beliau tak segan menukilkan beberapa ayat Al Qur’an yang sekiranya sesuai dengan kondisi terkini dan situasi cerita. Jadi seolah membaca buku pelajaran agama ketika sekolah dulu namun tanpa bosan atau mengantuk sama sekali. Suatu nilai plus yang mungkin sulit saya temui di novel beraliran religius lainnya.

Yang terasa berbeda dalam Bumi Cinta ini adalah pemilihan setting lokasi di sebuah negara penganut free sex dan pengakses situs porno terbesar di dunia, Rusia. Ya, sebuah negara yang tersohor dengan cantik wanitanya yang amat menguji keimanan. Ini jelas sangat berbeda dengan eksotisme seribu piramida Mesir, jazirah Arabia atau ketentraman Indonesia yang cukup kondusif untuk mukim seorang muslim.

Adalah Muhammad Ayyas seorang mahasiswa Indonesia yang hendak menyelesaikan penelitian tesisnya untuk mempelajari Sejarah agama Islam di Rusia di era penjajahan komunis Stalin yang terkenal amat kejam, diktator dan tak berperikemanusiaan. Mengetahui kelamnya sejarah Rusia (dulu Uni Soviet) yang berkubang darah dan jeritan dari orang-orang tak bersalah yang dibantai selama perang dunia II mampu membuat saya merinding ngeri. Kebebasan yang amat sangat diagungkan di kota Moskwa justru dapat menjerat para penganutnya sendiri. Tidak beragama dan tak mengakui keberadaan Tuhan adalah keyakinan yang banyak dianut sebagian orang. Orang-orang bebas saja mau menuhankan apa atau siapa. Menuhankan materi, cinta, kebebasan, pengetahuan ataupun bertuhankan kecanggihan teknologi. Semua sah! Ternyata kemajuan negara Rusia sedikit dinodai oleh kemerosotan moral penduduknya.

Selama di Rusia Ayyas benar-benar dihadapkan dengan berbagai masalah. Mulai dari teman seapartemen yang ternyata adalah dua perempuan yang bebas saja membawa teman prianya dan lalu dapat dengan mudahnya ML di sofa ruang tamu. Berurusan dengan sadisme mafia Rusia. Tak ramahnya sopir taksi yang kerap menipu para pendatang dari Asia. Sampai godaan kerlingan mata nonik2 muda Gadis Rusia yang tak pelit berbagi daging paha dan belahan dada miliknya (tentu saja, bukan paha atau dada ayam).

Kecerdasan Ayyas juga diuji ketika profesor ahli sejarah yang akan menjadi pembimbingnya ada urusan penting sehingga terpaksa di gantikan oleh asistennya yang ternyata seorang Doktor wanita muda yang amat jelita. Ayyas sendiri menggambarkannya sebagai perpaduan pesona Tsarina Rusia dan wibawa kaisar Roma.

Duhai, Allah yang Maha membolak balik hati manusia. Mampukah Ayyas bertahan? Ketika menemukan fakta bahwa dua teman sekamarnya ternyata seorang Atheis yang berprofesi sebagai pelacur papan atas Rusia dan seorang agen rahasia Israel yang hendak menjebaknya dalam konspirasi terorisme dan teror bom yang ditujukan agar dunia membenci orang2 Islam. Semakin membenci Islam. Dan mampukah juga kita mempertahankan nilai2 iman yang setiap hari tanpa disadari kita lemahkan sendiri?

Semoga cahaya itu selalu menerangi kehidupan kita.

Sebuah kisah yang benar-benar membangun jiwa (sesuai tulisan covernya) dan penuh hikmah. Jua layak direnungkan. Jempol buat kang Abik untuk Bumi Cintanya.

11 thoughts on “SETITIK CAHAYA DI TENGAH KELAMNYA NUANSA KEBEBASAN DI TANAH RUSIA (Review Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman EL Shirazy)

  1. Assalamualaikum …

    Itulah enaknya bikin cerita fiksi, kita bisa membuat tokoh dg karakter sempurna yg tak ada dlm kehidupan nyata.

    Pernah bc sinopsis novel ini, tp saat ini aku bnr2 ga punya waktu buat membaca novel.

    Like

  2. @eanreana,

    wa alaikumsalam.

    Ho'oh, spt yg adikq bilang. Fiksi emang tmpt buat perwujudan asa atau keinginan yg sulit atau mustahil terrealisasi d dunia nyata. Krn fiksi emang sdh jd dunia trsndiri.

    Like

  3. Assalamu'alaikum @Nona Inah, hemp lentera pagi sinari bumi yang tertidur… Senja sore seakan datang menyenggol pagi yang indah

    Like

  4. betul kata @JK tuh,,kamu mengulasnya cantik bgt,bikin penasaran jdnya,,tp sayang juga waktu baca kalah ma buat cari isi perut..

    Fiksi memang kadang klo tokohnya sempurna bgt bikin gak greget..meski cuma fiksi sih, tp klo gak nyrempet dunia nyata ya gitu..tp saya rasa Kang Abik ini novelis cerdas. Pengetahuanya ok, didukung cerdas mengaduk-aduk hati pembaca dg karya2 nya..

    Jempol juga buat yg meresview,,

    Like

Leave a reply to Rusminah Qumainah Cancel reply