Entah karena belum musim liburan dan bukan pada hari Minggu, rekreasi kami sekeluarga tempo hari ke pantai bisa dikatakan sepi. Pantai Swarangan siang itu sepi pengunjung, hanya ada beberapa orang yang terlihat menikmati panorama pantai sambil sesekali menjepret foto dan berselfie ria.
Tapi memang keheningan pantai itu yang kami sukai, tenang, misterius dan eksotis. Sepanjang pesisir pantai terlihat bersih tanpa ada sampah yang mengganggu pemandangan. Walau agak menyayangkan karena tak ada satupun fasilitas umum yang berfungsi, kamar bilas dan kamar kecilnya sepertinya telah lama tak lagi digunakan dan tak ada air bersih sama sekali (bahkan untuk buang air kecil saja saya harus membersihkannya dengan air minum kemasan). Juga warung-warung banyak yang rusak dan tak ada aktifitas jual beli apapun yang terjadi. Pokoknya jadi seperti pantai yang ditinggalkan begitu saja. Sepi, tak berpenghuni. Membuat kami harus mengurungkan niat untuk berenang atau main air, dan lagi saat itu gelombangnya cukup besar dan bahaya untuk berenang.
Derai-derai Pohon Cemara Pinus menyambut mata dengan kesejukan dan keteduhan saat memasuki area pantai. Ada pondok kecil juga untuk sejenak melepas penat.
Cemara Pinus ini mengelilingi sebuah kolam danau (yang sepertinya) buatan masyarakat setempat yang mungkin digunakan untuk tambak ikan.
“Pas banget ni untuk lokasi foto pre wedding!”
Seru tukang supir kala itu. Tempatnya memang aduhai untuk dinikmati dengan orang terkasih. Kalau di India pasti deh dijamin udah nyanyi tumpas se aye. . . Yu mus kuraye. . . Kya karoon hai ye kuch kuch ho ta hai. . . Hmm. . .
“The Leaving Beach”
Pantai yang ditinggalkan, hening, hanya ombak putih ber buih, kontras dengan warna pasir coklat yang lembut.
Ku lari ke hutan,
kemudian menyanyiku.
Ku lari ke pantai,
kemudian teriakku.
Sepi, sepi dan sendiri aku benci.
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar.
Bosan aku dengan penat,
Dan enyah saja kau pekat.
Seperti berjelaga jika ku sendiri.
Pecahkan saja gelasnya biar ramai,
biar mengaduh sampai gaduh.
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera.
Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai?
(Tentang Seseorang, AADC)
Adalah sunyi yang menggaungkan namamu.
Adalah sunyi yang bertalu pada dinding hatimu. Mencari sendiri kemana debaran itu beranjak pergi?
Warung yang rusak dan ditelantarkan begitu saja. Apa yang tersisa darinya?
Adakah gerangan cerita apa?
Biarku melukis langit pada pasirmu, menghias hijau dingin pegunungan pada hangat pesisir. Dan kelak mempertemukan asam dan garam dalam belanga kehidupan.
(sebuah gambar karya anak sulung saya, Fikri).
Ada satu jenis flora langka, berdaun seperti pandan atau nanas tapi berbatang seperti pohon.
Buahnya mirip durian, ini yang warnanya oranye mungkin sudah tua.
Yang ini masih hijau mungkin yang muda.
Kira-kira tumbuhan apa itu? Apakah ada yang tahu?
Inilah sedikit catatan perjalanan kali ini, semoga menambah referensi Anda.
Foto: Dokumentasi pribadi.
Lokasi: Pantai Swarangan Desa Jorong Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
Memang sangat disayangkan jika tempat wisata yang sangat indah tidak dikelola dg baik.
Banyaknya warung2 yang dibiarkan rusak, mgkin saja juga karena sepi pengunjung.
LikeLike
Assalamu'alaikum, Masya Allah sungguh pemandangan pantai yg sangat indah, sayang sekali pantainya sepi. Hemp
LikeLike
lebih indah dari pantai siring sabilal bjm 🙂
LikeLike
@Djacka Artub,
iya, mungkin sj. Krn akses ke pantai ini memang sdkt tersembunyi. Saat kami kesana sj harus beberapa kali bertanya dgn warga setempat bru kemudian menemukanx.
LikeLike
@Atep Setiawan,
wa alaikum salam.
Tp justru krn sepi pengunjung inilah kebersihan dan keindahan pantaix tetap terjaga.
@Shaufiy Kahayan,
iya memang, krn ini msh alami dan sgt asri.
Apa kabar sanak??
LikeLike
Indah pantainya, sayang jauh. Ane orang jawa 🙂
Mampir, kalo ada waktu.
http://aslikebumen.wapblog.id
http://kang-yudi.idnblogger.com
LikeLike
Mantaps gan:D
ditungguin kunbalnya
LikeLike
Rekreasi yang saaanngggaaatttt tenang dan menyenangkan. Jadi pengen ke situ
LikeLike
sudah baca dari atas dan berakhir di kolom komentar..
Dan kesimpulannya saya pengen juga berkunjung kesitu. 😀 . Tp entahlah 🙂
LikeLike
Satu kata
"AMAZING"
LikeLike
Saya baru hari ini tgl 16 juni k.pntai itu, memg sngt sepi pntai x dan terliht sprt misterius . . seandai nya pntai itu dilestarikan psti akan ramai pngunjung
LikeLike
Banyak kemungkinan kenapa tempat itu sepi, salah satunya mungkin kurang promosi.
Btw picnya keren, puisi juga gak kalah bagus. Terutama pada bagian, "sikut saja kandung kemihnya biar mengaduh sampai gaduh".
LikeLike
Assalamualaikum …
Kdd urgnya tuh d foto2?!
Rs hndk jua eh rekreasi dg klg.
LikeLike
@eanreana,
wa alaikumsalam.
Iya sepi, saat jepret foto gak ada org.
Sbnrx ada, tp jauh dan hny beberapa org sj.
Tp begini lbh asik.
LikeLike
@nadia aprinda,
@John Kampret
iya memang sepi. Sepertix memang kurang maksimal pengelolaan dan promosix. Jauh beda dgn pantai Batakan dan Tangkisung yg sgt ramai namun kondisi pantaix mulai memprihatinkn krn sampah dan abrasi.
Kalau Swarangan ini memang msh asri dan indah walaupun sepi.
@John Kampret,
haha. . . Puisix pas bgt kan ama moment and picnya.
LikeLike
Masih tentang rekreasi kmaren ya ?
Lihat jepretan dan puisinya aja dah,,
Nanti klo ke Banjarmasin saya coba mampir dah..
LikeLike
wow indah banget pantainya. keliatan masih perawan… masih asli .
LikeLike
Aq jg prnh ksna,,tp sygx bnyk para pembajak jalan yg minta2 duit sblm msuk kpntai trsebut,,,suuerr neh byk pembajakx low msuk kstu,,mkx byk yg ngga mau lg kstuu
Aq jg jera dtg ksna cuma gara2 si ulah para pembajakk d pntai swarangn itu
LikeLike