GAMBAR BERCERITA; EUFORIA KEMARAU

meranggas.jpg

Hujan belum turun, musim kemarau cukup betah menyambangi bumi Borneo, matahari masih setia menyala. Kalau sudah begini, maka usaha perniagaan kami di bidang perikanan dan pemancingan pun terpaksa harus vakum sejenak. Jadi bapaknya punya lebih banyak waktu di rumah ngumpul sama anak-anak, sampai sempat-sempatnya membuatkan ayunan dari ban bekas karena area persawahan di sekitar rumah kami mengering, asik buat bermain. Kalau padi sudah dipanen semua nanti mau buat lapangan bola. Cihuy!

Inilah euforia kemarau itu :

main-ayunan-2.jpg
Ayo, siapa dulu yang giliran naik ayunan pertama? Gak boleh rebutan ya.

main-ayunan-3.jpg
Ok, sudah diputuskan perempuan dapat giliran pertama, ladies first! Cowok-cowok ngalah.

main-ayunan-1.jpg
Berpeganganlah kuat-kuat! Kawan-kawanmu akan mendorongmu tinggi-tinggi dan jauh, menembus angin menyongsong langit.

main-ayunan-1b.jpg
Inilah kebebasan itu kawan. Jika aku terbang, pastilah aku elang. Dan jika aku hinggap maka aku adalah kupu-kupu bersayap.

abah-maayun-anak.jpg
Bukankah Ayah janji, jika aku pintar di sekolah dan jadi anak yang patuh maka Ayah akan mengayunku kencang-kencang seratus kali. Sanggup?

jalan-sawah.jpg
Jalan setapak ini menuju pada sesuatu, tentang kemuning padi yang menjanjikan harapan. Kali ini alam berbaik hati, tak perlu jumawa dengan gedungmu yang congkak berdiri. Maka nikmat yang mana yang akan kau ingkari?

sawah-ku-banyak.jpg
Aku gak usah jadi direktur atau pengusaha batu bara, gak juga CEO, juga gak perlu jadi PNS. Cukup dengan punya kontrakan dua puluh lima pintu dan ladang padi beras Siam Unus sepuluh ribu hektar!

menunjuk-sawah.jpg
Ayah lihat itu tidak?! Orang-orang itu membangun komplek perumahan di area persawahan, kelak bagaimana kita menanam padi? Apa nanti kita berhenti makan nasi? Apa mesti diganti beras plastik? Sorry, perutku gak toleran dengan bahan pangan berbahan sintetis.

manggumba-banih.jpg
Semua masih tradisional di sini, padi dipanen dengan ranggaman dan arit, lalu diirik dan kemudian dibersihkan dari gayang banih dengan alat besar bernama Gumbaan ini. Jadi gak usah kalian usik kami dengan wacana modernisasi bidang pertanian. Tahun lalu, ketika hama membuat kami gagal panen, toh kalian semua angkat tangan.

sawah-dan-saya.jpg
“Great Smile under Topi Purun

our-place.jpg
In my place, in my place Were lines that I couldn’t change I was lost, oh yeah I was lost, I was lost Crossed lines I shouldn’t have crossed I was lost, oh yeah. . .

If you go, if you go Leave me down here on my own Then I’ll wait for you, yeah. Yeah, how long must you wait for it? Yeah, how long must you pay for it? Yeah, how long must you wait for it, oh, for it? Singing Please, please, please Come back and sing to me To me, to me. . .
(In My Place, Cold Play)

meranggas.jpg
Sejumput musim gugur turun di depan rumah kita, meluruhkan daun-daun yang jatuh kala dicumbu angin. Dan jika kemarau ini masih lama, hujan pasti akan tiba karena langit berhutang janji cuaca pada kita.



Beras Siam Unus= jenis beras unggulan khas Kalimantan Selatan (terutama kecamatan Gambut) yang memiliki karakteristik bulir yang halus memanjang, putih bersih dan pulen tapi tidak lembek dimasak. Hanya panen setahun sekali.

Ranggaman= alat untuk memanen padi khas Kalimantan, terbuat dari lembaran kayu tipis dan sepotong bambu kecil, di bagian tengahnya dipasangi silet untuk memotong batang padi.

Diirik/mairik banih= proses pemisahan bulir padi dari batang dan daunnya dengan cara diinjak-injak.

Gayang banih= batang dan daun padi yang telah kering.

Topi Purun= Topi tradisional yang terbuat dari anyaman tanaman Purun (sejenis pandan-pandanan berdaun kecil panjang yang dalamnya berronga) yang dikeringkan dan dipipihkan.

Lokasi foto: kecamatan Gambut, kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

28 thoughts on “GAMBAR BERCERITA; EUFORIA KEMARAU

  1. Bgus ya', fto2 yg di ambil jg dmkian 😀 Nice post'lah..

    😀 Klo brkenan, mampir jg ke tmpat saya.. Ada update'n bru soalnya.. Saya harap, sobat jg suka..

    Like

  2. Kalau panen padi didaerahku lebih modern dan lebih canggih bu'
    udah pake diesel semua.
    Mulai dari panen, memisahkan bulir padi hingga menjadi beras. Pake mesin semua 😀 hehe. Nggak sombong lho

    Like

  3. Wuih… kayaknya asyik ya tinggal di daerah seperti sekalipun musim kemarau. Bebas polusi ga bising kelihatannya masyarakat disekitarnya hidup tenang dan damai. kayaknya bertetangga dengan sawah lebih tentrem ya 😉

    Like

  4. Kalau lihat ayunan, saya jadi ingat masa kecil saya.
    Saat main ayunan, udah didorong sangat keras oleh teman saya, eh malah talinya putus.
    Sakitnya tuch di sini…. *pegang bokong.. wkwkwkwk

    Tapi kalau lihat gambar panorama padi yang mulai menguning di hamparan luasnya sawah, membuat sejuk hati ini. Meskipun itu padi milik tetangga. 😀

    Like

  5. @CHeirO
    @pundalisa,

    thanks ya atas kehadirannya.

    @Dedy Widianto,

    iya, harusnya teknologi memang digunakan seperti itu agar hasil pertanian jadi lebih baik dan lahan lebih produktif.

    Like

  6. @Arumsari,

    yang pasti sawah itu tipikal tetangga yg gak suka bergosip.

    @John Kampret,

    thanks bro, bung John bisa aja.

    Like

  7. @Madthohars | Gudang Ilmu & Artikel xX0Xx,

    ember kosong, air pada kering.

    @Djacka Artub,

    haha. . . Bung Djack tahu aja kalo sawah di foto itu bukan punya saya.

    Like

  8. Assalamualaikum …

    Wah, suasananya berubah banar!

    Bolehlah mencobai ayunannya?

    Kira-kira minggu depan suasananya masihlah ky tu? Aku ada rencana hndk ke Bjb.

    Like

  9. @eanreana,

    wa alaikumsalam.

    Ya ae, karing bnr pang nah.

    Datangi ha. Kawa ae mun handak baayun, paling mun gugur katahuan ha. Wkwk. . .

    Like

  10. lawas kd ksni, kngen jua baca2 post pian.. hehe

    klo kluarga q brkebun seledri (sop), jd q kd tau ttg sawah-menyawah.. 😀
    pemandangannya bagus2 lh, q pernah ke gambut dlu, ada kluarga abah disana.. tp jarang ksna, jauh bnar pank masuk k dalam..spanjang jalan phumaan ja dilihat…

    Like

  11. Alhamdulillah untung kemarau di tempat saya terlalu berdampak,sawah pun tidak kekeringan karena sistem irigasi'a bagus

    Like

  12. Owh, Jeng tinggal di Gambut Kal-Sel, ternyata. Kemarau di sinh tak jauh beda, persawahan yang kering dan sumur2 mulai dahaga mengharap curah bukan sekadar rintik, Jeng.

    Rumah tinggalnya asyik ya, model panggung yg mungkin khas hunian di daerah situ.

    Foto2nya pas sekali dengan tiap bait yg diusung sebagai cerita.
    Like it, Jeng 😉

    Like

  13. Bagus banget ya pemandangan didaerahmu,,, kmu bikin artikel ini, bagus banget, kreasi dan kreatifitas mu bermanfaat ..

    Like

  14. ada tutorial cara menbuat gumbaan, kalau ada tolong di share, karna dengan alat ini sangat membantu sekali para petani terutama di desa kami.
    terumakasih sebelumnya

    Like

  15. @Muhammad Yasin,

    Waduh, maaf banget, kalo itu saya tidak tahu dan tak bisa menjelaskan tutorial pembuatannya.

    Like

Leave a comment