SUKA DUKA MENURUT KAHLIL GIBRAN

Dari jaman dulu ketika masih abege labil yang suka histeria liat foto boy band tahun 90 an di cover majalah remaja sampai sekarang jadi emak dua anak yang suka ngubek-ngubek isi kantong mbah google buat nyari resep masakan dan cara alami menurunkan panas, saya sudah suka banget ama kata-katanya Kahlil Gibran.

Dulu, hobi banget menenggelamkan diri dalam tumpukan buku di perpustakaan karena gak pernah cukup duit buat beli bukunya sendiri, maka saya rela membaca buku-buku karya Gibran sampai berjam-jam lamanya dan juga mencatat kata-kata yang sekiranya relevan, menginspirasi dan pas ‘mak jleb’ di hati. Saya sudah pernah merampungkan Rahasia Hati, Trilogi Hikmah Abadi, Musik Dahaga Jiwa, Mempelai Jiwa, Keutuhan Jiwa, Sang Kekasih dan Sayap-sayap Yang Patah. Juga beberapa kutipan Gibran yang saya ambil dari berbagai buku, cerita, majalah dan sebagainya. Sampai-sampai buku catatan saya pernah difotokopi oleh teman adik saya yang juga dibuat melayang oleh sayap kata sang maestro penyair dari Lebanon, Kahlil Gibran.

Oke, inilah dia:

SUKA DUKA MENURUT KAHLIL GIBRAN

Sukacita adalah dukacita yang terbuka kedoknya.

Dari sumber yang sama yang melahirkan tawa.
Betapa seringnya mengalir air mata.

Dan bagaimana mungkin terjadi yang lain?

Semakin dalam sang duka menggoreskan luka ke dalam sukma, maka semakin menipu sang kalbu mewadahi bahagia.

Bukankah piala minuman pernah mengalami pembakaran ketika berada dalam pembuatan?

Bukankah seruling penghibur insan, sebilah kayu yang pernah dikerati tatkala dia dalam pembikinan?

Apabila engkau sedang bergembira.
Mengacalah dalam-dalam ke lubuk hati.
Di sanalah nanti engkau dapati, bahwa hanya yang pernah membuat menderita berkemampuan memberimu bahagia.

Apabila engkau berdukacita, mengacalah lagi ke lubuk hati.
Di sanalah kau bakal menemui, bahwa sesungguhnya engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri.

18 thoughts on “SUKA DUKA MENURUT KAHLIL GIBRAN

  1. Assalamualaikum …
    Met Idul Adha
    Brelaanlh …

    Kl aku cuma sebatas suka sama karya2 Kahlil Gibran, ga sampai begitu terlena!

    Kynya blogmu dh normal lg!

    Like

  2. @pundalisa,

    kalo bahasa aslinya saya kurang tahu karena karya-karya Gibran sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan tentu saja tanpa mengurangi esensi dan maknanya.

    Like

  3. @Skull Roses,

    Sebenarnya ada banyak yang saya catat, tapi gak janji ya, soalnya menulis tergantung mood. Xixixi. . .

    Like

  4. Kurang suka dengan puisi Gibran, tapi lebih menyukai prosanya. Belum ada yang melebihi kekagumanku pada Jalaludin Rumi.

    Like

  5. @Endytha,

    Kalo aku emang cuma mengenal Rumi secara sekilas, jadi belum tahu banyak.
    Kalo boleh sharing dong ke aku, biar jadi tahu.

    Like

  6. Aku malah lebih suka ke cerita daripada puisi atau syair. Tp entah mengapa aku malah lebih sering nulisnya puisi bukannya cerpen. Aneh memang, hmm.

    Oh ya Bund … maaf, itu kata "suka cita, duka cita dan pabila" typo bukan ya?

    Soalnya menurut EYD KBBI yg benar (sukacita, dukacita dan apabila). Hehe, cuma tanya.

    Like

  7. Baca kutipan di atas jadi berpikir lagi, kalau merasa senang tidak usah berlebihan krn ke depannya kita tidak tahu kalau hal itu bisa membawa duka. Dan yg paling jleb sih, disuruh "berkaca" berkali2 πŸ˜€

    Like

  8. @Mizmarul Khaq,

    gak tahu juga, karena tulisan dari sononya emang sudah seperti itu saya mencatatnya, mungkin kata 'pabila' memang maksudnya 'apabila' hanya dipotong saja seperti orang menulis 'karena' jadi 'karna'.

    Btw, makasih ya masukannya. Saya akan perbaiki ke depannya.

    Like

  9. Kahlil Gibran penyair hebat yang konon banyak mengilhami lagu2 Dewa19.

    Btw masih inget Jordan NKOTB gk mbak? πŸ˜€

    Like

  10. @John Kampret,

    New Kid on The Block itu kah?
    Saya kurang tahu. Dulu ngefansx ama N'Sync, Westlife, yg lokal SO7 dan Padi.

    Like

  11. 😦 Yg trkhir nyesek bgt rasanya..
    Ijin save ya' … Buat ide (resolusi karakter) cerpen yg akan saya buat πŸ˜‰ btw, Khalil Gibran ini slh satu penulis yg saya suka.. Bahasanya mendayu-dayu gtu … Ha ha …

    Like

Leave a reply to John Kampret Cancel reply