Oktober sudah menyambangi kita, langit masih diliputi kabut asap dan udara beraroma jelaga, hawa panas dan kering. Di saat seperti inilah kebanyakan warga sedang dilanda galau sedemikian rupa. Karena masa panen telah lama berakhir dan ingin memulai masa tanam padi tetapi hujan belum turun, bibit tak bisa ditaburkan di atas tanah yang kering kerontang.
Ah, ternyata, kita manusiapun teramat sangat lemahnya karena masih bergantung pada kemurahan cuaca. Hujan selalu saja bisa membuat orang jadi lebih bahagia karena air berarti kehidupan dan kegairahan akan hidup itu sendiri.
Di Banjarmasin, masyarakat kami mengenal suatu istilah yang bernama KAPAT, yang artinya merujuk pada tanggal 10 bulan 10 (Oktober) yang dipercaya biasanya hujan pertama jatuh di bulan ini. Bisa pas di tanggal sepuluh itu atau setelahnya, syukur-syukur kalau hujan turun lebih awal. Karena Kapat ini menandakan awal mula memasuki musim hujan. Meskipun hujan yang turun tidak deras atau bahkan hanya hujan buatan hasil rekayasa pergerakan awan yang dilakukan BMKG.
Karena itulah Oktober menjadi penting bagi sebagian orang yang usahanya amat mengandalkan perubahan cuaca. Penting untuk mengetahui perubahan arah angin dan kadar kelembaban udara. Karena Oktober adalah penanda euforia bahwa musim tanam akan segera tiba. Di mana orang-orang akan jadi lebih sibuk sepanjang hari dan lebih lelap di malam hari.
Oktober juga menjadi bulan transisi, pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan yang akan ditandai dengan berbagai penyakit khas daerah tropis seperti pilek, demam, gangguan pencernaan, gatal-gatal dsb yang biasanya mudah menyerang anak-anak. Jadi para orang tua harus senantiasa siap dan waspada.
Bagi orang yang cukup peka dan sensitif terhadap tanda-tanda alam, biasanya di waktu Kapat ini akan menyaksikan ada benang-benang halus seperti helaian sarang laba-laba yang melayang di udara. Itu semua semakin memastikan bahwa musim hujan segera tiba.
Setelah kepastian musim hujan di bulan Oktober berlalu, bulan Nopember dan Desember akan terasa lebih mudah dan sejuk tentu saja. Pertanda-pertanda alam pendeteksi musim hujan akan semakin kentara terasa. Jangkrik akan berbunyi sangat berisik sepanjang malam, ditingkahi nyanyian kodok yang teratur bergumam lewat suara dari lehernya yang bergelembung. Burung-burung gereja mematuk-matuk di atas atap dan Kutilang berkicau pagi-pagi.
Dan Desember akan membuat kita harus lebih banyak sedia ember karena biasanya kita akan kelebihan debit air alias banjir. Malam menjadi begitu dingin dan sejuk membuat para jomblo jadi lebih bersyukur jika ketika malam Minggu atau di malam tahun baru hujan turun tak kenal ampun. Haha. . .
Di musim hujan pula geliat kehidupan baru sangat terasa. Para pasangan muda pengantin baru menemukan momen yang paling pas untuk memperbanyak jumlah umat manusia. Hujan membuat orang orang lebih senang diam di rumah dan memerangkap diri dalam hangatnya tirai kelambu. Akay!
Ah, ternyata. . . Saya hanyalah seorang manusia yang teramat merindukan hujan.