ZAMRUD KHATULISTIWA YANG KEHILANGAN SINARNYA

kabut-asap.jpg
Kabut. . .
Sengajakah engkau mewakili pikiranku.

Pekat. . .
Hitam berarak menyelimuti matahari.
Aku dan semua yang ada di sekelilingku merangkak menggapai dalam kelam.

Mendung.
Benarkah pertanda akan segera turun hujan?

Deras.
Agar semua basah yang ada di muka bumi. . .
Siramilah juga jiwa kami semua yang tengah dirundung kegalauan. . .

Reff:
Roda zaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih.
Sungguh hidup terus diburu berpacu dengan waktu.

Tak ada yang dapat menolong selain Yang Di Sana.
Tak ada yang dapat membantu selain Yang Di Sana.

Dialah Tuhan. . .
Dialah Tuhan. . .
(Menjaring Matahari, Ebiet G. Ade)



Kiranya lagu om Ebiet G. Ade inilah yang dapat mewakili kesupermumetan yang tengah melanda pikiran, hati dan jiwa saya (weeek, lebay!). Kata-katanya terasa lebih makjleb dari Berita Kepada Kawan yang kini seakan sudah disahkan jadi original soundtrack theme song bala bencana yang melanda tanah air Indonesia tercinta selama ini.

Ya, ini masih sama. Masih seperti di postingan terakhir saya di awal bulan tempo hari. Masih menanti janji-janji hujan yang akan mengairi sawah-sawah kami, yang akan membasahi hati-hati kami oleh airmata suka cita. Ya, hujan yang akan menghapus kabut jelaga yang bertahta di langit pertiwi, pilu dan nelangsa dirundung asap dan didera ISPA.

Dari kehijauan tanah Sumatera, senyapnya hutan Kalimantan hingga sunyi di ujung Papua, kami telah kehilangan pendar sang Zamrud Khatulistiwa.

Cahaya itu perlahan menjelma berubah asap dan jelaga. Kini sang Paru-Paru Dunia memendek nafasnya.

Oh, wahai!
Demi Tuhan lihatlah!!

Atas nama segala apa yang pernah tercerabut dari tanah di hutan-hutan kami.
Atas apa yang telah kami lahirkan dari kedalaman perut sang bumi.
Atas semua yang sudah, sedang dan akan masih kalian terima dari kekayaan kami yang miskin dan papa.

Berapa banyak tangis yang telah kami tumpahkan? Berapa banyak berita yang telah kami kabarkan? Dan berapa lagi yang mesti kami korbankan?

Adakah kau dengar?
Adakah kau lihat?

Adakah?

Adakah??

11 thoughts on “ZAMRUD KHATULISTIWA YANG KEHILANGAN SINARNYA

  1. Penyuka lagu Ebit G.Ade juga Jeng Rus ternyata yang liriknya acap sejalan dengan musibah Pertiwi. Mendengar lagu2 nya mengingatkan berbagai teguranNya sejak Tsunami, Gempa, Lahar merapi dan masih banyak lagi. Lirik lagu Ebit berhasil menggiring jiwa2 pada sebuah perenungan tentang rahasia di balik rahasia …

    Semoga hujan segera tandang, membasuh kerontang, menyeka jelaga langit Negeri hingga giwangkara kembali menyuluh bumi.

    Like

  2. Walaupun di tempatku nggk terkena dampak asap. Tapi jg ngerasa ada yg beda krn asap. Matahari di sore hari warnanya jd mengerikan, nggk seperti dulu. Langitnya jg udah nggk biru cerah. Semoga cepat diturunkan hujan, dan semoga musibah nasional ini cepat berakhir.

    Like

  3. Alam saat ini sedang enggan bersahabat dengan kita mba. Jadi sabar menanti untuk melihat air suci itu. Banyak semua yang juga dahaga air suci…
    Selama ini, tetap sabar dalam menanti turunnya rinai – rinai air suci tersebut…

    Salam mwb
    salam kompak
    http://www.afendiii.heck.in

    Like

  4. @DownloadLagu,

    kalo yang di atasnya itu lagu Ebiet G. Ade. Kalo yang di bawah itu ungkapan hati saya saja, terserah mau dianggap syair atau puisi.

    Like

  5. Jaman sekarang memang sudah tidak pakem lg pada titimangsa ya ??

    harusnya di bulan2 yg belakangnya pakai mber,,sperti September,,Oktober..Nopember, dan Desember adalah masa nggebeber ( becek ) tapi ini sudah sampai mau Nopember masih blm ada tanda2 nggebeber,,atau mungkin nunggu bulan Januari yg artinya hujan sehari hari ya ?..

    Semoga cepat datang deh rinainya,,agar zamrud khatulistiwa nampak lagi

    Like

Leave a comment