RUMAH BESAR BERPAGAR TINGGI

Memasuki kawasan permukiman di komplek perumahan itu suasana mewah sudah terasa. Gerbangnya terlihat megah dengan ukiran mewah bergaya Eropa, di samping kiri dan kanan jalan selebar 8 meter beraspal hitam nan licin itu terdapat lampu taman yang menerangi kala malam hari. Deretan pohon Palem Botol tumbuh berjejer rapi dan terawat. Di tepinya terdapat kotak beton tempat tanaman-tanaman kecil berbunga indah. Beberapa pohon besar menaungi jalan menuju area perumahan elite tersebut.

Sebuah pos satpam eksklusif ber AC menandai betapa berkelasnya tempat itu. Mobil-mobil mewah berseliweran muncul dari garasi-garasi rumah yang besar dan berpagar tinggi.

Hal ini pula yang membuat Bu Salma ngotot mempertahankan istana peninggalan almarhum suaminya yang wafat setahun lalu. Meski tahu akan tinggal sendiri karena ke 3 anaknya sudah menikah dan punya rumah masing-masing, Bu Salma bersikeras dengan pendiriannya.

“Ibu, mending ibu ikut saya saja bu, kasian ibu sendirian. Kalau saya tak bisa menemani ibu di sini, tak mungkin karena kantor terlalu jauh dari sini.” Bujuk Anto, anak sulung bu Salma yang direktur itu.

“Kenapa gak dijual saja bu, atau dikontrakkan.? Uangnya bisa buat ibu simpan atau naik haji.” Ujar Rita, anak ke dua beliau saat berkunjung dengan dua anaknya 3 bulan lalu.

Tapi yang paling membuat bu Salma termenung berhari-hari adalah kata-kata si bungsu Rani yang baru menikah dan belum punya anak tapi harus ikut suaminya yang jadi dokter di pedalaman.

“Saya takut ibu kenapa-napa sendirian begini, sekarang banyak perampokan.”

Ibu Salma menepis kekhawatirannya dan melangkah ke pekarangan menyiram tanaman. Tapi di rumah mewah berlantai dua dengan empat kamar suite itu beliau tak sendiri, ada mang Diman dan mak Ijah, pasangan suami istri yang jadi pembantunya yang sudah sama tuanya dengan beliau. Perihal pembantu ini pun Bu Salma tetap tak mau mencari yang lebih muda dan kuat, membuat ke 3 anaknya hanya geleng kepala.

Sampai suatu hari mang Diman sakit mendadak dan meninggal dunia. Membuat mak Ijah terpaksa pulang ke kampung halamannya untuk menguburkan jasad suaminya.

Bu Salma melewati harinya sendirian, duduk merajut di teras depan berlantai marmer berwarna putih keperakan. Gerakan tangannya terhenti ia menatap pagar besi berukir yang mengelilingi rumahnya. Kemarin malam ia sempat menelepon salah satu anaknya dan memberitahukan tentang kematian mang Diman dan mak Ijah akan kembali setelah 7 hari tahlilan. Pagar itu tergembok dari dalam, di luar tak ada tanda-tanda akan ada yang datang. Bahkan tetangga yang sekadar menyapa pun tak ada.

¤ ¤ ¤

Seorang wanita tua dengan kain kebaya lusuh dan sarung batik berdiri di depan pagar rumah Bu Salma. Itu mak Ijah yang sudah kembali dari kampung pasca kematian suaminya. Berkali-kali wanita tua itu memencet bel tapi tak ada jawaban, hanya lampu teras menyala.

“Apa bu Salma ke rumah anaknya?” gumam mak Ijah dalam hati.

Akhirnya mak Ijah putuskan untuk membuka gerbangnya saja karena ia juga memegang kunci rumah yang sangat besar itu. Saat pintu di buka, mak Ijah memanggil-manggil bu Salma dari ruang tamu, tapi tak ada jawaban.

Tiba-tiba mak Ijah menutup hidungnya, bau tak sedap menyeruak saat memasuki ruang tengah. Ia pun bergegas mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Astaghfirullah. . .”

Mak Ijah nyaris pingsan, ia menemukan sesosok tubuh di depan pintu kamar mandi dengan kondisi mengenaskan dan membusuk.

“Bu Salma !” Teriak mak Ijah sembari berlari tergopoh-gopoh ke luar memanggil tetangganya. Orang-orang berdatangan, panik.

¤ ¤ ¤

garis-polisi.jpg

Rumah bu Salma yang mewah berpagar tinggi itu di pasang garis polisi. Mak Ijah menangis tersedu dan shock berat saat memberikan keterangan. Dari hasil otopsi pihak RS menyatakan bahwa bu Salma terkena serangan stroke di kamar mandi 4 hari yang lalu.


Gambar dari:
http://www.elshinta.com

30 thoughts on “RUMAH BESAR BERPAGAR TINGGI

  1. Kunjungan dini hari boss 😀
    Terus berkarya bos keren tuh postnya haha
    Jangan lupa KUNBALNYA ya dan segera like fanspage INTERVANS 😀

    Like

  2. karena terlalu sayang sama harta,akhirnya bu salma meninggal dgan mengenaskan:-(

    bund,blognya udah aku follow,di followback ya

    Like

  3. wah great post sob 😀 😀
    jgn lupa ea jika berkenan mampir ea ke blog sederhanaku dan jgn lupa pollow + rating ntar ane back ane tunggu sob buat sobat tercinta ,,,,,

    EBIZUKA BLOG MOBILES

    Like

  4. Selamat Hari Natal 25 Desember 2013 Dan tahun baru januari 2014

    Absen pagi gan..!!!

    Di tunggu ya kunbal nya…:D

    Like

  5. Selamat Hari Natal 25 Desember 2013 Dan tahun baru januari 2014

    Absen pagi gan..!!!

    Di tunggu ya kunbal nya…:D

    Like

  6. Assalamualaikum wr wb.

    Betapa banyak orang lebih mementingkan harta drpd kebersamaan dg keluarga.

    Maaf hanyar kawa datang.

    Like

  7. selarik judul membuat inti artikel yang klop dan top markotop …
    Ku kira sudah ibu'' ternyata tahun kelahiran kita sama.. Cuma beda bulan,, kl aq maret.. 😀

    Like

  8. bnyk orang tua yg gtu, berusaha mempertahankan rumah mrk n ga mw pindah tinggal ma anak.. nenek q jg gtu, tp untung rmh'y dket ma rmh kmi, jd sering2 d kunjungi aja lg

    Like

Leave a comment