Mendung bergayut di langit berhari-hari. Hujan masih disimpan, ditahan-tahan. Cuaca berubah panas dan lembab, manusia menggelepar digilas matahari. Mengeluh betapa panas udara luar, menyimpan diri dalam kenyamanan ruang ber AC.
Senja merayap datang membawa warna merah saga, terbakar di langit barat, kembali memesan panas untuk esok. Jalanan kota riuh, dan orang-orang pulang ke rumah bermandikan peluh dan sejuta keluh.
Malam mengendap merangkaki lelap, tagihan listrik melonjak oleh AC dan kipas angin yang pusing berputar semalam suntuk. Sementara pedagang pinggir jalan gelisah mengayun kipas anyaman rotan.
Kodok-kodok mulai melantunkan nyanyian tenggorokan, menyambut mendung yang membawa sebungkus gerimis. Singgah di pinggiran kota itu. Lalu menderas memeluk hawa dingin yang membelenggu tulang.
Manusia tergolek dalam balutan selimut hangat, mengendapkan mimpi dan istirahat yang teramat berarti.
Jauh di kedalaman tanah yang gelap, sebuah kehidupan mendadak beringsut, bergerak, bergegas menghindari lautan air hujan yang membanjiri pori-pori bumi. Sekumpulan koloni semut melarikan diri meninggalkan sarang yang tergenang air.
Riuh sekali mereka berduyun-duyun seperti orang papa yang mengantri jatah beras murah, bergerombol keluar dari lubang-lubang tanah menuju permukaan.
Lalu mereka menemukan surga hangat yang penuh makanan, ada noda susu di meja, remah-remah nasi berserakan di lantai dan tumpukan piring kotor di wastafel bekas makan malam.
“Ayo, sini, di luar banjir, di sini cukup makanan dan kita tak akan kebasahan !”
Seru seekor semut dengan kepala hitam yang lebih besar dibanding ribuan semut yang mengekor dibelakangnya. Nampaknya ia adalah pimpinan koloni itu. Mereka menjelajah seantero rumah, dan semut pekerja yang mengangkut titik-titik putih penerus generasi mereka mendapatkan tempat teraman dan ternyaman. Telur-telur itu harus diselamatkan.
Pagi datang kesiangan, matahari redup habis dipukul hujan semalaman, air di kran terasa sedingin es membuat sepasang pengantin baru betah bergelung dalam hangat kelambu.
Tapi yang harus bekerja tergesa mencari baju dalam lemari dan histeris saat membuka isinya.
“Papa. . . Habis Pa. . Bajumu dirubung semut!” Si mama bergidik geli, aroma apek dari kamfer yang telah kadaluwarsa itu tak mempan terhadap sekawanan semut dan ribuan telur putih mereka yang memenuhi seisi lemari. Di sela-sela lipatan baju, celana sampai cawat yang sudah dicuci bersih dan dilipat rapi pun tak ketinggalan mendapat serbuan dari koloni semut yang mengungsi semalam.
Dan di dalam cangkir yang tersisa sedikit teh manis di tumpukan cucian piring di dalam wastafel, ratusan semut mati berkubang air gula dan sisanya menggapai-gapai mencari bibir cangkir yang licin.
Gambar dari: http://www.krucil.net
Kunjungan pagi sobat, dan ditunggu kunbalnya ya!!
LikeLike
Assalamualaikum wr wb.
Jadi ingat sama film animasi "ANT Z"
LikeLike
Ya allah gusti…
Liat gambar semutnya Ʊϑaђ merinding_ Sumpah
Salam Persaudaraan
Nitip Tag Undangan ya : " Informasi Dan Penjelasan Sebelum Pelaksanaan Kontes Akbar"
Maap Sebelumnya Udah Lancang
Salam Blogger
LikeLike
Kunjungan pgi sob. Mf nyimak aja. 🙂 hehe
LikeLike
Assalamu'alaikum Bunda, ternyata semut bisa menginvasi kita.
santun pagiku untukmu
LikeLike
wahaha kasian tuh pengantin barunya wkwk
LikeLike
Selamat pagi mbak 🙂
LikeLike
rangkaian kata-kta yg sungguh ajib bunda. . . .
I like yours style
LikeLike
Kunjungan Pagi sob
LikeLike
Serangan semut…
Ini dpt ide cerita dari mana mbak…???
Mbak berbakat dalam menulis cerita,,hingga cerita dari semut bisa di jadikan ide utk menulis…
semangat mbak,,teruslah berkarya..
''MENJADI SUKSES DI DEPAN ORANG YG MEENGHINA KITA ADALAH CARA BALAS DENDAM TERBAIK….''
LikeLike
fikti dan cerita digabung jadi sulit membedakannya 😀
LikeLike
Wah musim semut ya bun…asal jangan musim uler ajha, semut meski kecil tapi usil, ga hanya suka gula tpi suka kolor juga,ha ha
mf kemaren comt ga nyangkut bun, tp ttp mampir dipost bundha always…kecuali kalo eror parah,wkwkwk
LikeLike
@Djacka Artub,
jgn kbykn muji, ntar kepala tmbh keras. He. . .
Idex ya dr bykx smut yg dtg ke rmh sy krn musim hujan membuat tanah di kolong rumah jd berair.
LikeLike
Itu semut ya :D, jalan2 siang neh sob..
LikeLike
Namanya tukang nulis,liat mahkluk kecil segede semut pun bisa jadi tulisan yo mbak..
Kadang suara kecoa yg makan kertaspun sering saya dengar klo perasaan lg sensi..
lah jadi ini krna penulis atao wanita atau perasaan ?..
Siip posnya,,untuk ngawasin semut dan konco2nya saya wakilkan kamu ajah…he he he
LikeLike
Wah bahaya tuh semut baju aja menjadi makanannya 🙂
LikeLike
bajanguk ja uln cil.ae nah….
LikeLike
Semut memang sedikit mengganggu
Tapi sifat gotong royongnya perlu dicontoh oleh kita 🙂
LikeLike
saya meringkuk didalam selimut mbak..?:D Tempatku hujannya deras banget, jadi blogwalking dalam selimut hangat:D
Patut Banagga Kepada Pengidola NOAH
http://bathikmadrim.pun.bz/film-noah-awal-semula.xhtml
LikeLike
ada gula ada semut ea
LikeLike
serbuan hewan kecil yang dapat menggemparkan rumah tangga 😀
luar biasa min, lanjutkan!
LikeLike
maf telat bun.
LikeLike
Kunjungan perdana mbak
Sekalian izin silaturahmi
Blognya udah saya follow 🙂
Ditunggu follbacknya ya
LikeLike
Kunjungan Malam Sob 🙂
Tapi Nice Post Juga Sob 🙂 😉
LikeLike
keren bos..
Blog sudah saya follow. Di tunggu follow blk nya
LikeLike
Wah jadi pengamat semut neh, hihii
LikeLike
Kunjungan sbentar,,
mw minta kunbal doank,,:down:
:right: http://naruchiha.heck.in/
LikeLike
Hadir blogwalking gan kalo ada wktu mampir ya gan ke blog ane
LikeLike
Ceritnya bagus mbak. Musim hujan begini selain pada becek, semut juga bertebaran di area rumah. Jadi gak aman naruh makanan yang gak ditutup rapat. Asal bukan makanan pedas, semua dikerumuni semut.
LikeLike