OKTOBER BAPER (Edisi Kehilangan Mywapblog)

Galaulah kalian, galaulah kita, galaulah saya!!

Faktanya, di dunia ini ada banyak hal yang berada di luar kendali kekuasaan kita. Salah satunya adalah tentang masalah Mywapblog yang kita cintai ini, yang peredarannya akan segera hilang dari muka bumi ini. Padahal…..

Dulu, bahkan sekarang pun jikalau Mywapblog resmi ditutup, ngeblog tanpa perangkat komputer atau laptop itu adalah suatu hal yang sangat niscaya mustahil. Kerena itulah kehadiran Mywapblog di tengah banyaknya umat manusia dengan kemampuan dan fasilitas terbatas yang hendak menyalurkan hobi sharing dan menulis tetapi tak punya laptop, itu laksana sebuah oase di tengah gersang dan kejamnya gurun pasir terpanas di dunia. Bayangkan, kita semua dapat bebas berkarya dan mengelola blog lewat ponsel saja, hampir nyaris semudah kita update status galau dan alay di facebook!!!
Dan tentu saja, kita dapat juga bergaya, bangga, gak kalah dengan blog sebelah. Jiah!!

Tapi mungkin memang benar apa kata orang, kegembiraan yang agak "terlalu" indah dan penuh euforia emang gak akan tahan lama. Dan… this is it, so inilah akhirnya, kita berkabung, saya berduka sodara sodara!!! Atas berita akan ditutupnya mywapblog.

Terasa memang agak ganjil selama saya ngeblog di Mywapblog, tiga tahun pemirsa, bukan waktu singkat untuk sebuah kesabaran, yap! Selama itu saya terus bersabar dengan keterbatasan menulis lewat ponsel java yang harganya tak seberapa jika dibandingkan ponsel android terkini. Bersabar atas fasilitas ngeblog gratis yang servernya sering down hingga tak bisa diakses berhari-hari. Bersabar atas kwalitas lemotnya paket jaringan internet yang dibeli dengan harga rupiah termurah. Bersabar atas segalanya, bahkan saya bersabar ketika menkominfo, UC Browser dan provider kartu seluler yang saya pakai berkonspirasi memblokir banyak situs, termasuk Mywapblog, yang membuat saya tak lagi bisa maksimal dalam ngeblog ria. Kejaaaaaammm….

Maka, kalau kalian yang baru aja tempo hari bikin blog di sini, dan udah mau nangis darah saking bapernya karena Mywapblog mau ditutup, PANDANGLAH SAYA, LIHATLAH SAYA DAN USER-USER LAWAS LAINNYA yang udah sedia ampe lumutan menulis dan koar-koar di Mywapblog selama ini, dan kemudian menemukan fakta paling menyakitkan seperti ini. HOW COULD IT BEEEE??!!!!! Bayangkan betapa bapernya kita!!! Yang udah pernah jatuh bangun merasakan rumit, nyesek, ngenes dan juga senangnya ngeblog lewat hape. Baper sebaper-bapernya sayang!!

Dulu, harapan dan ekspektasi saya ketika pertama ngeblog adalah ingin mengabadikan kenangan dan membuat sejarah saya sendiri, kerena saya takut jikalau saya tua nanti saya akan semakin pelupa dan mulai tak bisa mengingat lagi moment-moment terbaik dalam hidup ini, karena itulah kelak blog inilah yang akan menjadi penyambung lidah atas kisah yang tak pernah bisa saya sampaikan secara lisan, blog inilah yang akan jadi kotak pandora berharga tempat saya menyimpan semua cerita. Lebih dari itu, blog ini adalah bukan sekadar karya tulis saja, blog ini adalah kumpulan KEKAYAAN INTELEKTUAL saya yang tak ternilai harganya!!

Ok, mungkin memang agak berlebihan, tapi memang seperti itulah saya menganggapnya.

Barangkali memang seperti inilah kehidupan, kita tetap harus bertahan. Seperti halnya dulu kejayaan Friendster yang digantikan Facebook, Multyply yang punya begitu banyak user pun akhirnya juga tutup yang membuat anggotanya juga kocar kacir entah kemana, situs Ngerumpi dot com yang punya motto ngerumpi tapi pake hati juga akhirnya tiada lagi. Seperti itu…. datang, hilang, pergi, hanyalah bagian kecil dari kehidupan, dan jikalau karena itu saya merana, baper, menangis dan insomnia lalu menulis keluh kesah penuh luka ini, maka itu juga hanyalah sebagian kecil saja dari masih banyaknya luka dan guncangan masalah yang akan menimpa dalam hidup ini.
Harusnya tidak apa-apa, harusnya kita bisa, harusnya…. Tapi…..

Mywapblog….
Banyak hal yang tak dapat saya relakan dalam kehidupan, dan kau kini menjadi salah satu di antaranya.
Hikz…..

KETIKA CANTIK HARUS PUTIH(KAH??)

Hai hai hai….. pemirsa budiman semua. Lama banget ya saya gak lagi mengisi blog ini, semakin terlantar saja kayaknya. Sampai-sampai gak ngeh kalo lagi ada event besar tahunan. Hmmm… semoga sukses aja semuanya!!

Okeh, sekarang saya mau coba menulis lagi. Kali ini tentang sesuatu yg wanita banget. Yap!! Saya mau bahas tentang kecantikan dan kosmetika di kalangan wanita.

Rasanya sudah sering banget ya kita lihat tontonan di TV atau baca-baca artikel di internet, majalah atau surat kabar deesbe, tentang efek samping krim pemutih wajah instan yang mengklaim dapat mencerahkan dalam waktu singkat. Gak kapok-kapok deh kayaknya, banyak produk pemutih gak jelas dan abal-abal yang beredar. Udah kena razia badan POM tapi kok teteup aja ada celah untuk beredar lagi. Dan gak kapok-kapok juga teteup aja kaum hawa apalagi buebu yang mau memakainya.

Memang menjadi cantik emang harus putih gitu??

Mestinya kita realistis aja, di Indonesia yang beriklim tropis yang lingkungannya cenderung panas dan penuh matahari sepanjang tahun, kulit mayoritas orang kita emang gak putih-putih banget, kuning langsat sampai cenderung ke sawo matang. Jadi yaaa… mau menjadi putih kinclong yang pake banget itu kalo menurut saya agak sedikit (ini nulis beginian apa gak bakal kena timpuk pengusaha kosmetik gak gue ni?) "melawan kodrat" kali ya. Lah? Habis tu kulit muka ampek dipaksa-paksa kelupasan sampe merah, perih, bengkak nyeri juga DEMI. Iya demi dapetin kulit yang putih kinclong ituh.

Yang membuat saya tergerak buat menulis ini adalah ketika saya menyaksikan dua orang (anggap saja) teman lah ya, yang nekad make produk pemutih yang gaje itu, yang beberapa tahun lalu udah pernah kena daftar sitanya badan POM sebagai salah satu produk kosmetik berbahaya. Nah lo!!!

Pemakai pertama adalah seorang remaja yang saat awal make itu dia masih SMP, sekarang sudah SMA siy. Sebenarnya kulitnya itu udah bagus, gak jerawatan kayak kebanyakan abege lainnya, tekstur kulitnya juga halus. Tapi ya itu tadi, warna kulitnya agak coklat, ya memang anaknya item manis padahal. Dan ketika saya melihat perubahan drastis pada wajahnya akhir-akhir ini, saya pun tahu kalo dia telah memakai produk pemutih. Saya jadi agak menyesalkan, sangat menyayangkan, dia masih muda, sangat muda, kasian kulitnya, kok make produk "keras" macam itu? Yang saya lihat warna wajah dan lehernya jadi kontras banget, wajahnya sekarang memang terlihat lebih putih, tapi jerawat merah-merah memenuhi pipi dan dahinya, dan bila panas mulai terik maka jadi merahlah wajahnya.

Apa perubahan dengan penampakan kulit putih kemerahan itu kah yang menjadi arti dari kata "cantik" dan "lebih baik" ??

Bukankah kulit luar kita yang menggelap itu sebagai tanda bahwa melanin bekerja keras untuk melindungi dari paparan sinar UV matahari yang dapat merusak kulit. So, kalo kulit pelindung luar itu kita kelupas? Apa jadinya? Rasanya sudah sangat banyak orang yang mengalami kerusakan kulit parah karena obsesi ingin putih ini, mengapa para wanita tak jua belajar dari sana??

Pemakai kedua, adalah seorang ibu muda. Yang ini lebih horrible lagi karena saya melihatnya langsung ketika ia sedang treatment wajahnya dan menjelaskan proses menyakitkan itu pada saya. Kala itu ia sudah melewati proses pengelupasan selama tiga hari, sedang parah-parahnya. Saya hanya bisa ternganga dibuatnya. Bahkan dia menyitir quotes tentang kecantikan wanita yang amat populer.

Katanya: "hidup ini pilihan, dan aku ini sedang memilih cara menyakitkan untuk memutihkan wajah. Bukankah bila tak ada rasa sakit, maka tak akan ada pencapaian?"

APA ?!!

Katanya, sambil terus mengipasi wajahnya yang mulai memerah, terasa panas terbakar dan perih karena krim dan toner pemutih itu, membuat saya speechless tapi tetap berusaha memahami "derita dan perjuangannya". Maka sayapun hanya #gagalpaham dibuatnya.

Iseng, saya membuka botol produk itu, mendekatkan nya ke hidung saya. Wekk!! Tercium aroma menyengat, yang terasa seperti campuran bau sengak ruang UGD RS dan cairan pembersih WC. Memang katanya, baunya sangat gak enak, bahkan adiknya sampai muntah-muntah karenanya. Hororr!!! Dan masih dipake juga, tiap harii !!! Hororr pangkat tiga buuuu.

Katanya, ini adalah percobaan yang ke sekian kalinya yang diterapkan pada wajahnya. Ia dengan gamblang mengakui bahwa wajahnya memang sering jadi kelinci percobaan berbagai macam kosmetik. Mulai dari produk yang terbilang aman yang ada ijin depkes dan bersertifikat halal dari MUI seperti yang biasa muncul tiap hari di iklan TV (katanya produk semacam ini proses nya lambat dan gak bikin putih kinclong bgt seperti maunya, memang kan itu untuk membersihkan dan merawat yang pada proses nya juga akan membuat kulit lebih cerah dan gak kusam. Dan ia gak cukup sabar pada proses itu.) dan sampai yang mengandung kode keras semacam produk pemutih yang bahkan tanpa izin edar, mulai dari krim pelembab biasa sampai krim racikan dokter ternama. Dari yang harga biasa sampai yang warbyazaaa. Dia pernah mencobanya sodara sodara!! Apalagi ia sempat berkutat pada bisnis online berbagai produk pemutih juga. Keberaniannya dalam hal yg satu ini, seketika membuat nyali saya ciut sekaligus bergidik ngeri.

Melihat semua perjuangannya itu dalam hati saya hanya dapat mendoakan semoga keinginannya dapat tercapai segera dan mengakhiri deritanya. Karena itu gak hanya berdampak pada wajah saja, tapi pada penggunaan jangka panjang juga dapat membahayakan organ dalam semisal ginjal dan bahaya juga buat kehamilan.

Karena itulah, saya tidak hanya berharap agar kaum hawa berpikir ulang untuk urusan kosmetik, berhati-hati dan lebih selektif lagi. Tetapi juga untuk para lelaki yang sering disinyalir lebih memilih cewek cantik (kecenderungannya sekarang pasti cantik itu putih, kan?) ketimbang cewek cerdas yang lebih mencintai kulitnya yang apa adanya dan memilih gak memutihkan wajahnya dengan cara-cara ekstrim (baca: jelek). Karena pada faktanya memang, para cowok lebih mungkin untuk menoleh dua kali pada cewek berwajah kinclong ketimbang yang tidak, ini saya sudah hapal banget rasanya, kenyang!!. Jadi dalam perkara kerusakan wajah akibat produk pemutih ini tidak hanya salah pada bahasa iklan kecantikan yang sering keterlaluan, tapi juga pada perlakuan kaum pria pada wanita. T E R L A L U.

Agaknya hal ini cukup membuktikan bahwa hidup itu keras, dan bila itu kehidupan perempuan maka akan dua kali lipatlah kerasnya. Wanita memang makhluk rumit yang suka hal keras tapi tidak pada kekerasan, yang senang putih dan pemutih tapi tidak pada keputihan. Haha….

Tetap semangat dan tetaplah mandi minimal dua kali sehari!!!
MERDEKAAA !!!!

Udah pernah tayang di sini juga :
ANTARA WANITA, KECANTIKAN DAN RIASAN WAJAH

HADIAH KEJUTAN UNTUK ISTRI TERCINTA

Sejak saya menjadi pengguna internet aktif beberapa tahun terakhir ini, saya suka dan sering browsing membaca situs-situs bertema parenting, keluarga dan rumah tangga. Senang saja mengetahui bahwa banyak hal yang saya alami juga pernah dialami oleh banyak ibu-ibu di luar sana. Apalagi setelah memiliki blog sendiri, saya gak hanya bisa jadi pembaca, tapi bisa sharing tulisan dan curhatan juga.

Nah, dari situ saya pernah membaca artikel yang menyatakan bahwa wanita yang sudah menikah dan berstatus istri, apalagi yang usia pernikahan nya sudah cukup lama, harus di refresh atau diupgrade lagi agar tidak monoton dan kehangatan cinta tetap terpelihara. Karena memang ya, semakin lama kita semakin terbiasa dan tak lagi saling mengucapkan cinta, terjebak rutinitas dan dihempas realita peliknya hidup berrumah tangga. Bah!! Lebay lah….

Salah satu caranya adalah dengan memberikan istri hadiah kejutan, katanya itu cukup ampuh untuk merekatkan lagi rasa kasih sayang yang selama ini merenggang karena aktifitas harian yang sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran. Hadiah kejutan itu disinyalir dapat menjadi mood booster bagi para istri yang kewalahan menghadapi berbagai masalah dan tugas kerumahtanggaan, dapat menjadi penyemangat dan sebagai doping penambah kekuatan dalam menjalankan kewajiban. Hmmmm…..

Agaknya semua itu memang benar adanya, saya setuju dan mengamini. Tapi sejatinya hidup memang selalu penuh kejutan. Kalau bagi saya pribadi, meski suami bukan tipikal pria romantis seperti di film-film atau drama, hadiah kejutan itu lumayan sering terasa, ada lah pokoknya.

Kejutan itu sering hadir di pagi hari saat saya hendak belanja ke pasar; sembako yang kemarin lusa harganya sekian mendadak naik ke level sekian. Benar-benar “hadiah kejutan” buat para istri yang cukup membuat senam jantung pemirsah!!!

HAHAHA……

Kalau pembaca budiman, kira-kira ada kejutan apa hari ini?

REMAJA DAN SEPEDA MOTOR

Ternyata begini ya kelamaan gak posting, otak sudah nyaris hijrah ke dengkul, jempol juga udah tumpul, terlalu terlena dengan rutinitas hidup memang membahayakan pemirsa.

Gak ada yang spesial kali ini meski saya sudah lama gak hadir ngeblog, tulisan saya masih seputar curhatan standar dan keresahan khas ibu-ibu, semoga masih ada pembaca budiman yang sudi menengok di mari.

Jadi ceritanya saya sedang jadi ibu-ibu yang spesilaisasinya cemas melulu ini melihat kelakuan anak-anak muda jaman sekarang. Setelah kemarin-kemarin anak-anak pada nagih gadget berlayar sentuh, sekarang sudah mulai sesumbar minta tunggangan kuda besi, iyah pemirsa, para abege super labil itu ngotot mau belajar naek motor. Gak kira-kira, yang nagih mah bocah SD yang buang ingus aja masih kagak bener.

Jadi ibu di era kekinian mah kudu banyak sabar (dan banyak duit juga) mestinya ya. Fenomena beginian juga ditambah parah ama tayangan sinetron yang lagi naek daun yang temanya tentang anak sekolahan yang kerjanya balapan trek-trekan pake motor guede itu, yang meski sudah ditegur komisi penyiaran tetap gak mempan. Ajibbbbbbb…..

Di daerah saya sudah banyak remaja yang jadi korban motornya sendiri, malah ada yang sampai hilang nyawa karena balapan sama temannya, orangnya baru kelas satu SMP, baru lulus SD tahun lalu, koit dengan kepala pecah dan rusuk hancur. Trus tempo hari, ada dua bocah yang dari penampakannya saya yakin banget masih sekolah dasar, jatuh saat mengendarai motor matic dan serta merta menabrak warung nasi di tepi jalan. Untungnya gak makan korban jiwa, tapi setelah itu heboh semua, mereka menangis, mewek cengeng pemirsa karena shock berat, gemetar, gugup plus takut banget akibat insiden itu. Sukses membuat ibunya harus ganti rugi dan ngomel-ngomel juga sepanjang perjalanan. Ckckck…..

Nah lu, kalo sudah ginikan yang salah siapa? Makanya pak polisi itu emang benar tentang peraturan mengendarai motor dan memiliki SIM haruslah usia 17 tahun, secara anak remaja di bawah usia itu memang belum matang, belum siap fisik dan mentalnya dalam mengendarai motor, plusssss menanggung resikonya kalo terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Yuk, para bunda, ayah, jangan keburu senang (kalo gak bisa dibilang bangga) dulu kalo anak remajanya sudah berani menggeber motor sendiri dan dengan enaknya pergi ke sekolah mengendarainya. Resikonya sangat besar pak, bu!

Anak-anak, dan adek-adek, sayangi dan jaga diri kalian, karena yang akan menanggung akibatnya bukan hanya diri sendiri saja tapi orang lain juga. Karena itulah saya sangat mendukung rencana pemerintah daerah dan dinas pendidikan Banjarmasin yang akan melarang penggunaan motor bagi anak SMP/SMA sederajat yang belum memiliki SIM. Itu sebuah langkah bagus yang sangat tepat untuk setidaknya mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di kalangan remaja, semoga bisa terrealisasi secepatnya dan konsisten penerapannya.

GAGAL MOVE ON

Rasanya ini adalah fase vakum saya yang terlama selama riwayat ngeblog di MWB. Agak aneh dan kagok juga rasanya ketika mau posting lagi, jadi kali ini saya mau curhat aja. Gak penting kayaknya yah. Oya, gimana kabar pemirsa budiman semua, gak pada gagal move on kan?

Gagal move on, sepertinya frasa itu sedang populer banget belakangan ini. Mengistilahkan secara lebih keren tentang kegagalan seseorang dalam menerima dan bangkit dari keterpurukan atas suatu peristiwa yang kurang menyenangkan. Ya, bisa jadi karena ditinggal pacar, ditolak cinta, itu penyebab paling umum ya. Malah istilah pasukan gagal move on juga merujuk pada orang-orang dengan status jomblo akut menahun yang sudah mau tahun baru kayak gini masih aja sendiri, juga sering dianalogikan pada para pemilih capres tempo hari yang jagoannya batal naik tahta. Pokoknya istilah GAGAL MOVE ON ini sesuatu banget dah.

Nah, kali ini saya baru tahu gimana rasanya gagal move on itu. Meski gak setragis gagal ginjal yang berpotensi menghabiskan anggaran BPJS karena mesti cuci darah dua kali seminggu seumur hidup, tapi ngenesnya lumayan bikin galau dan produktivitas hidup jatuh ke titik paling nadir.

Tersebutlah suatu hari handphone saya yang Nokia Asha 206 itu rusak dan mati total, iya HP yang selama ini menjadi perpanjangan jemari saya dalam kegiatan ngeblog, alat komunikasi curhat paling mutakhir bersama teman sesama ibu-ibu, kini tiada berfungsi lagi.

Pikiran saya berkecamuk tak karuan, bagaimana foto-foto yang banyak itu, video klip dan MP3 kesayangan saya?? Dalam masa berkabung itulah saya semakin menyadari betapa susahnya hidup di era kekinian tanpa gadget, padahal saya sudah setahun gak sosmed-an lagi lo, apalagi kalo masih aktif nyampah di facebook atau mentionan di twitter, bisa meriang saking galaunya.

Karena itulah saya mohon maaf banget karena gak lagi blogwalking dan lama menghilang dari peredaran (sambil ngarep dalam hati ada gak yah yang kangen sama sayah??) Ini juga meski posting pake android (ngoyo loh ini hahaha…) tetap gak bisa menghapus kenangan si Java Nokia Asha yang sudah almarhum itu. Posting nya juga ngumpet-ngumpet make kuota anak yang lagi super gandrung ama game COC. Hiks….

Jadi kalo ada salah harap maklum yaaaaaa. Dadaaah…..

MUNGKIN SAYA LELAH

Kalau sedang dilanda rasa mumet gini pasti bawaannya pengen curhaaaat aja. Tapi yang sering dicurhatin kurang pengertian. Eh, gak, bukan kurang pengertian tapi mungkin bosen karena selama hampir 12 tahun dengerin curhatan standar yang itu-itu aja isinya, yang parahnya ini curhat udah naik tiga oktaf ke level ngomel. Hedeh!

Sepertinya kali ini saya ada dalam fase kalimat populer :

“MUNGKIN DIA LELAH. . .”

Yap, mungkin saya sedang lelah saja dan butuh tidur super nyenyak sampai kiamat!

Intinya, kali ini saya tidak berada dalam situasi penuh rasa bangga atas apa yang saya jalani sekarang, ini sedang jatuh ke titik paling nadir dalam kerempongan aktivitas hariannya ibu rumah tangga.

Dari semua pekerjaan harian itu, untuk tipikal makmak rempong (plus mualas pol) kayak saya ini, tugas menunggui anak di sekolah sepanjang pagi bisa dikatakan yang paling gak produktif. Kenapa? Karena saya tidak kreatif (untuk hal-hal yang dapat membuahkan materi) dan tak ada acara sambilan selama menunggui anak itu (gak bakat jualan dan gak ada pencerahan kegiatan yang sekiranya dapat menaikkan level kemandirian ekonomi hingga kasta tertinggi).

Paling-paling ya mulut berbusa-busa kebanyakan ngebacot dan ketawa ama ibu-ibu lainnya. Pulang ke rumah sudah hampir tengah hari dan mesti masak lagi buat makan siang, terus istirahat sebentar, jam 3 sore berangkat lagi ke TPA nganter anak-anak ngaji. Bolak balik aja terus kek gitu sampe cuapek. Seharian berlalu ya gitu-gitu aja berjibaku menghadapi dua jagoan super aktif yang merupakan anggota pasukan anti tidur siang. Haha. . .

Terus, jenis pekerjaan rumah yang paling merepotkan (berdasarkan hasil survey dengan ibu-ibu tetangga) adalah cucian. Yang walaupun sudah didelegasikan secara penuh dan dengan sangat hormat pada mesin cuci tetap saja paling menyita waktu, tenaga dan kesabaran. Bayangkan, berbagai jenis pakaian beraneka warna itu, dari sekelas kolor yang karet pinggangnya longgar sampai jenis atasan, singlet, rok sepan, gamis, celana jins yang bolong lututnya, korduroy, baju kerja dan seragam sekolah anak-anak, adalah tidak bisa selesai dengan satu kali sentuhan tangan ibu rumah tangga saja.

Pakaian yang sudah bersih (versi mesin cuci) dan diperas airnya itu mesti dijemur dulu sekian jam, lalu diambil kembali untuk dirapikan. Proses menuju lemari pakaian itu ternyata cukup panjang, pakaian itu mesti disetrika dulu itupun kadang gak semuanya hanya untuk jenis-jenis baju seragam atau pakaian kerja saja. Kalo daster dan baju tidur mah tetep aja kucel, sering gak ampe masuk lemari udah dipakai lagi, namanya juga baju kebangsaan. Wkwkwk. . .

Karena itu lah tak jarang, perkara cucian ini bisa jadi yang paling lambat tertangani, setelah kering dicuci gak langsung dilipati tapi transit dulu di keranjang cucian beberapa hari. Pas kena jadwal mencuci lagi baru dengan berat hati melipat dan memasukannya ke lemari, karena satu-satunya alasan mujarab adalah keranjangnya mesti dipakai untuk mewadahi cucian basah lagi. Gkgkgkgk. . .

Tapi sebenarnya, di saat cucian sedang banyak-banyaknya inilah harusnya saya dapat melihat peluang untuk lebih bersyukur. Kenapa? Karena artinya pakaian kita banyak dan masih bisa ganti minimal dua kali sehari. Hehe. . . Iya to?



Note:

Mungkin pembaca setia blog ini heran atau bosan. Karena makin kesini tulisan saya makin gak jelas, makin banyak ngeluh, dan isinya tumpah ruah oleh curhatan kepo khas ibu-ibu. Iya memang, beginilah sudah efeknya setelah satu dekade jadi ibu. Otak dan jempol saya udah gak kritis lagi ngeresein kondisi dunia terkini. Saya udah gak kuat lagi nulis-nulis dengan tema berat semisal Syiah yang sudah memasuki Indonesia dan siap menggerus keyakinan kaum muslimin atau perihal konspirasi dunia Barat atas konflik di negara-negara Timur Tengah. Saya juga gak paham dengan derita kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang terjadi tiap tahun dan berlarut-larut yang kini telah sukses (asapnya) diekspor ke Malaysia dan Singapura membuat kita dipandang rendah oleh dunia. Lumayan shock ketika musim kemarau tahun ini hampir membinasakan rumah kami karena lahan sawah kering yang kebakaran. Juga kinerja pemadam lokal yang sempat dikritisi dgn agak tidak adil pasca kedatangan Pemerintah ke kota kami, menuai polemik dan kontroversi. Yang paling membuat terpukul adalah ludesnya 30 buah rumah terbakar di Km. 15 kec. Gambut kab. Banjar.

Saya juga hanya dapat memahami sekilas tentang rangkaian tragedi di tanah suci Mekkah (semoga amal ibadah mereka diterima dan keluarganya tabah menghadapinya). Bahkan kini, saya sudah tak tahu lagi ketika menjelang pemilihan kepala daerah Kal Sel semua partai dapat ‘dibeli’ oleh seorang CaGub yang konon katanya kuat sangat karena dibekingi oleh para pengusaha tambang batu bara dan bos besar kapitalis.

Saya hanya sedang kecewa tingkat dewa.

PERGAULAN IBU-IBU DAN SEGALA KEANEHANNYA

Inilah dia, sepertinya memang hal inilah yang selalu ada dalam setiap pergaulan ibu-ibu yang tiap pagi menunggui anaknya sekolah TK. Bukan hal baru memang, juga sudah biasa, tapi tetap saja menghadirkan banyak cerita.

Sayapun tak luput dari ‘efek pergaulan’ ibu-ibu yang ngumpul enam hari dalam seminggu tiap pagi dari Senin sampai Sabtu ini. Karena anak saya belum bisa ditinggal sendiri di sekolahnya, maka otomatis saya jadi intens bertemu dan bergaul dengan para ibu-ibu yang macam-macam tingkah polahnya.

Tanpa saya jelaskan secara rincipun tentu para pemirsa budiman dapat membayangkan bagaimana riuh dan rempongnya suasana perkumpulan kaum ibu yang menunggui anaknya di sekolah (ghrgrrr. . . .).

Yang membuat saya tergerak menuliskan hal ini adalah karena suatu kejadian dimana anak-anak saat bermain lalu berujung pada pertengkaran. Namanya anak-anak ya kadang sering kelewatan bercandanya, rebutan apalah, kadang sampai berkelahi, kadang menangis atau malah sampai cidera ringan (mungkin sampai berat juga, walau jarang). Tapi hebatnya anak-anak, sebentar saja mereka bisa baikan lagi kok, marahannya gak pake lama dan gak dendam juga.

Nah, yang jadi bagian menariknya adalah ketika ibu-ibu yang anaknya lagi berselisih ini malah jadi ikut-ikutan ‘konslet’ juga. Masing-masing jadi pada keras kepala membela mati-matian anak masing-masing, ngotot gak mau kalah, gak peduli dan gak mau denger kalo masalah semacam itu gak usah dan gak baik dibesar-besarkan. Ibu-ibu tipikal begini bisa sampai berhari-hari bahkan bisa selamanya tetap mengumbar kebencian, saling beradu omelan dan hujatan tanpa peduli kalau anak-anak mereka sudah duduk sama-sama lagi, sudah main berdua lagi, sudah damai lagi. Ckckck. . .

Menghadapi ibu-ibu dengan karakter ‘pasukan berani mati dalam membela anak’ inilah yang sering membuat serba salah. Mereka taklid buta, yang penting adalah memandang anak mereka bersih tak bersalah, yang selalu salah adalah anak orang lain yang bresinggungan dengan anaknya (bahkan meskipun si anak memang terkenal usil dan sering mengganggu temannya tetap saja dibela), tak mau mendengarkan pendapat atau pandangan orang lain mengenai itu. Kecenderungan inilah yang sangat membahayakan. Dan parahnya lagi, karena si ibu yang sering over reacted ini maka anaknya pun jadi bertindak manipulatif, mendramatisir keadaan dan selalu memposisikan diri sebagai korban, karena mereka merasa dibela jadinya besar kepala, menjadi Radja Ketjil Jang Tak Pernah Salah. Dari yang saya lihat dan pernah alami, anak-anak bisa jadi TA (Tukang Adu) yang semakin berpotensi meledakkan amarah dan naluri bela anak mati-matian ibunya yang salah kaprah itu semakin membara.

Duh. . . Susah juga ya kalo sudah berhadapan hal beginian. Dan itu belum lagi ditambah dengan tipikal ibu-ibu yang hobinya gosip plus adu domba (tipe manusia yang selalu ada di mana saja. Di mana saja pemirsa, di mana-mana!!). Dijamin tambah puanjaaaaaaaaaaaaaaang deh ceritanya. Kuota huruf lima ribu karakter di blog ponsel saya ini tentu tak akan cukup membahas semuanya. Haha. . .

Kita semua tahu, setiap ibu memang sangat menyayangi anaknya, walaupun anak-anak bisa salah, orang tua selalu bisa menerima dan memaafkan anaknya. Tapi kasih sayang inipun hendaknya jangan melebihi porsinya. Orang tua, terutama ibu harus bisa melihat dulu seperti apa sebenarnya hal yang terjadi dalam dunia anak-anak. Jangan sampai karena urusan anak membuat kita cekcok dengan teman, tetangga atau sesama ibu lainnya. Anak-anak juga harus dibiasakan untuk menghadapi masalah mereka sendiri dengan teman-temannya, jangan sedikit-sedikit orang tua turun tangan dan emosional (bahkan ada yang sampai melabrak guru yang mencoba meluruskan masalah anak-anak yang sedang bertengkar itu). Permasalahan hidup dan cara kita menghadapinya sekarang ini akan membentuk kehidupan mereka dimasa depan nantinya, dimana para orang tua tak bisa melindungi anak-anak mereka selamanya.

Hmm. . . Wallahualam.

MENAKAR KEBERUNTUNGAN ORANG LAIN

Pernah suatu hari (bahkan mungkin sering), di saat lelah mencapai batas maksimum, setelah seharian berjibaku dengan berbagai persoalan hidup, di tengah rawannya kondisi perekonomian dan ditambah adegan drama bulanan akibat serangan Pra Menstruation Syndrome, saya merasa down, nelangsa, terpuruk sendirian.

Saat seperti inilah mendadak rasa syukur atas hidup dan setiap tarikan nafas yang saya hirup dengan gratis, menguap entah kemana. Ah, ternyata sayapun hanya manusia yang dapat dengan mudahnya menafikan karunia. Saya mengeluhkan betapa sulitnya kehidupan yang pernah saya jalani dan menganggap bahwa orang-orang di sekitar saya adalah lebih beruntung dan lebih berbahagia dibanding saya.

Aih. . .kejamnya!!

Kok bisa-bisanya saya merasa demikian dan lupa syukur di saat bobot badan ini naik drastis ke level 70 kilogram yang menandakan bahwa saya masih cukup makan. Hkhkhk. . . .
Kenapa dengan entengnya menganggap diri sedang terpuruk padahal saat ini saya masih bisa jumawa menikmati jaringan selancar dunia maya yang menghabiskan pulsa.

Agaknya kali ini saya tengah mengamini bahwa rumput tetangga memang terasa lebih cerah warna hijaunya dibanding ladang sendiri yang dipijak sehari-hari. Sampai-sampai saya menulis sebuah puisi (lebih tepatnya curcol) pendek perihal ini:

IRI

Aku menyaksikan betapa hidup orang-orang dimudahkan.
Dan mereka tidak mengalami seperti yang aku rasakan.

Inilah pemirsa pangkal masalahnya. Awal dari segala penyakit yang menggerogoti hati dan berpotensi mendatangkan pusing kepala dan tegang urat leher, naiknya tekanan darah bahkan memperpendek usia adalah membanding-bandingkan keadaan diri dengan orang lain. Itu adalah hal yang tak ada jelas juntrungannya, tak ada habisnya, tak peduli seberapa pintar, kaya atau hebatnya kita (apalagi yang just ordinary people seperti sayah), akan selalu ada orang-orang yang melampaui itu jauh, jauuuuuuh di atas segalanya. Karena bukankah diatas langit masih ada langit??

Dan kecenderungan manusia untuk selalu memandang ke atas ini agaknya perlu ditinjau kembali agar tak terlupa dimana kaki tengah berdiri, memijak rumput sendiri yang hijaunya tak kita perhatikan lagi, mulai jarang disirami, bahkan terlupa disyukuri.

Sayapun mengusap dahi yang berasa pening sedari tadi, melawan nyeri perut atas kodrat kewanitaan karena siklus hormonal, pertanda bahwa saya masih normal-normal saja.

Lagi, sederet tanya berseliweran di kepala:

Kok bisa-bisanya saya mengaku kewalahan menghadapi kerepotan sehari-hari bersama anak-anak yang tak bisa diam, padahal jikalau tanpa mereka saya akan kebingungan harus melakukan apa? Dan bukankah kerewelan mereka selama inilah yang menjadi ladang pahala bagi seorang ibu macam saya?

Kok bisa-bisanya saya merasa bete sendiri terhadap orang yang selama sebelas tahun ini setia mendampingi, padahal jika tanpa dia saya tak tahu akan kemana mendedikasikan hidup, cinta, pengabdian dan kesetiaan saya? Bukankah dari kerelaan dan kemurahan hatinyalah seorang istri seperti saya dapat mengharapkan surga?

Kok bisa-bisanya saya terus mengeluhkan tentang berapa rupiah yang mesti sirna karena ludes belanja untuk keperluan anak dan keluarga? Padahal diluar sana ada orang yang tak tahu kemana mesti membelanjakan uangnya dan hanya menghabiskannya untuk foya-foya tak berguna.

Kok bisa-bisanya rasa lelah ini sampai mengikis rasa syukur atas nikmat sehat yang masih melekat di badan? Demi setiap tarikan nafas dan udara bebas, yang Allah tak pernah menuntut kita membayar dalam menikmatinya kecuali hanya dengan ketaatan kita padaNYA, bersyukurlah dan berhentilah merasa sebagai orang yang paling menderita di dunia.

Terngiang lagi sebuah lagu yang telah saya sahkan sebagai original soundtrack atas film berseri yang berjudul kehidupan ini:

. . .Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hdup ini melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan kebenaran dan kuasanya pada hambanya yang setia dan tak kenal putus asa. . .
(D’Massiv).

Terus besyukur dan berusaha!!

Keep fighting!

#buru-buru ‘membeli pupuk dan menyiram tanaman’.

#Sebuah tulisan untuk ‘menampar’ diriku sendiri.

(edisi emak-emak galau karena membengkaknya budget pengeluaran pasca lebaran dan di awal tahun ajaran baru)

PIRING KOSONG UNTUK TETANGGA

Sorry, tulisan ini tak bermaksud menjelek-jelekkan orang lain atau menggosipkan tetangga sendiri. Ini hanyalah puncak kegalauan jiwa yang terpendam sekian lama.

Mungkin bisa dibilang, gampangnya anggap saja saya adalah tetangga yang tidak baik. Saya sering kalap dalam berinteraksi dengan suami dan anak-anak saya dan suka menyetel musik yang berpotensi membuat polusi suara sampai telinga tetangga. Saya juga bukan tetangga yang bisa diandalkan untuk memberi bantuan bila orang sebelah rumah ada hajatan. Saya juga bukan tetangga yang bisa memberikan kelebihan kuah masakannya pada tetangga yang lain.

Ahh, menulis ini membuat saya merasa sangat berdosa.

Rasa percaya diri saya sudah lama sekali jatuh ke titik nadir perihal urusan bertetangga ini. Dahulu, ada tetangga yang memberikan makanan pada saya. Maka sebagai bentuk rasa terima kasih dan balas budi, ketika esoknya hendak mengembalikan wadah piring bekas makanan itu, sayapun mengisinya dengan masakan sayur yang dibuat oleh alm mertua saya. Sehari kemudian malah tetangga saya itu mengatakan dengan terang-terangan bahwa sayur itu rasanya aneh dan wajahnya tak senang mencibir pada saya. Padahal masakan alm mertua sudah teruji enaknya loh.

Pernah juga di awal Ramadhan tadi suami memetik buah kelapa muda untuk minuman buka puasa dan mengupasnya di depan rumah lalu ada tetangga (si A) yang menyapa. Karena kelapa mudanya banyak maka si A diitawari suami. Katanya bolehlah. Lalu saya berikan dua biji dan diletakkan di terasnya. Tapi kemudian, besoknya kelapa itu malah dijadikan mainan oleh anaknya (digelindingkan, diinjak-injak dsb) di depan mata kami dan si A tak berinisiatif sedikitpun untuk ‘mengamankannya’ sampai seharian. Lalu sore harinya menjelang buka puasa ada tetangga yang lain (si B) yang menegur kelapa siapa ini kok dibiarkan di tengah jalan? Karena suami saya terlanjur kesal pemberiannya tak dihargai akhirnya disuruhnya ambil saja kelapa itu dan itu terjadi di hadapan si A yang awalnya kita beri tadi. Tentu saja si B senang sedangkan si A hanya pasang wajah tak tahu menahu sambil sinis meremehkan. Sadis gak tuh?

Dari situlah kepercayaan diri saya lenyap. Padahal saya memberikan yang terbaik yang kami bisa (kelapanya dipilihkan yang paling besar) dan masakan yang baru dimasak. Sejak itulah jika tetangga memberi sesuatu saya tak lagi/jarang mengisi wadahnya (piring/mangkok) kembali. Kapok jikalau apa yang saya berikan kurang berkenan atau tidak sesuai dengan selera orang lain.

Sedangkan saya tak tega menunjukkan ketidaksukaan dengan cara seperti itu. Padahal saya pernah (bahkan sering) diberi makanan/sesuatu oleh tetangga yang hampir gak layak makan. Lebaran kali ini saja (MAAF) saya diantari sepiring kerupuk yang bahkan digoreng tak sempurna, masih ada bagian-bagiannya yang tidak mengembang, jadi keras dan alot dimakan. Saya juga pernah diberi bubur kacang hijau yang jahenya kebanyakan, sampai telinga panas berdenging dibuatnya. Juga roti goreng yang lembek penuh minyak yang ketika dimakan (MAAF, lagi) rasanya seperti memasukkan sesendok mentega kadaluwarsa ke dalam mulut.

Walaupun saya bukan orang yang pilih-pilih makanan dan bisa makan apa saja, tapi kalau seperti itu keadaannya sayapun angkat tangan.

Mengingat ini kok kesannya saya jadi kelinci eksperimen masakan tetangga yang jadi proyek gagal total (karena dia dengan tanpa malu bilang: masak ini belajar coba-coba, gak bisa bikinnya, dicicipi deh, katanya. Sembari menyerahkan semangkok besar bubur kacang ‘pedas’ itu). Yang kalau saya lihat dari wajahnya sayapun tak yakin apa ia sanggup memakan masakannya sendiri.

Jadi dilema banget deh pokoknya. Memang gak selalu sih, mereka sering juga memberi sesuatu yang memang enak (baca: layak makan). Cuma ya saya jadi mikir sendiri, kalau seandainya keadaan dibalik bagaimana? Saya yang memberi yang seperti itu bagaimana perasaan mereka?

Karena itulah akhirnya saya pilih aman dengan hanya mengembalikan piring kosong untuk tetangga.

Jahat ya saya.

Biarlah. . .

SAYA DAN KENANGAN ONE NIGHT STAND

Rasanya tanpa harus saya jelaskanpun sebagian besar dari kita pasti tahu apa itu ONE NIGHT STAND. Sebenarnya ini hanya dikhususkan untuk orang dewasa alias adult only zone. Kalau belum tahu artinya bisa digoogling sendiri deh.

Kali ini saya hendak berbagi pengalaman saja. Kira-kira sepuluh tahun silam saya pernah mengalami langsung one night stand ini. Kenangan yang benar-benar tak terlupakan. Kejadian tepatnya adalah ketika saya baru punya anak pertama setelah setahun lebih menikah. Karena agak nervous dengan peran sebagai ibu baru dan kelelahan merawat si kecil, saya jadi bertengkar dengan suami dan lalu iapun pergi kerja shift malam dan meninggalkan saya sendirian di rumah.

Saya tak bisa tidur dan melewati malam dengan sedih, sendiri dan hampa. Kemudian selepas tengah malam suami saya pulang untuk menengok keadaan kami (saat itu si kecil masih sakit), dan betapa TERKEJUTNYA dia menyaksikan saya sedang melakukan one night stand saat anak sedang sakit. Iya pemirsa, saya one night stand alias berdiri satu malam sambil menggendong si kecil yang rewel karena sakit. Spontan saja suami memeluk kami, dan segera mengambil alih gendongan lalu menyuruh saya istrirahat melemaskan bahu barang sejenak (perlu diketahui saat itu anak saya berbobot 10,5 kg di usia 6 bulan. Jadi bisa dibayangkan nyeri pegelnya one night stand menggendongnya sendirian, berjam-jam nyaris semalaman).

Nah itulah pengalaman saya tentang one night stand.
Apa? Otaknya sudah pada porno ya mikir yang gak gak? Kan secara harfiah one night stand artinya memang berdiri satu malam. Dan saya memang tidak sedang menceritakan one night stand yang secara kiasan berarti hubungan intim tanpa ikatan yang terjadi dalam semalam yang sedang trend saat ini. Karena itu adalah pertanda degradasi moral masyarakat yang udah kadung ketularan budaya barat/luar. See??