OKTOBER BAPER (Edisi Kehilangan Mywapblog)

Galaulah kalian, galaulah kita, galaulah saya!!

Faktanya, di dunia ini ada banyak hal yang berada di luar kendali kekuasaan kita. Salah satunya adalah tentang masalah Mywapblog yang kita cintai ini, yang peredarannya akan segera hilang dari muka bumi ini. Padahal…..

Dulu, bahkan sekarang pun jikalau Mywapblog resmi ditutup, ngeblog tanpa perangkat komputer atau laptop itu adalah suatu hal yang sangat niscaya mustahil. Kerena itulah kehadiran Mywapblog di tengah banyaknya umat manusia dengan kemampuan dan fasilitas terbatas yang hendak menyalurkan hobi sharing dan menulis tetapi tak punya laptop, itu laksana sebuah oase di tengah gersang dan kejamnya gurun pasir terpanas di dunia. Bayangkan, kita semua dapat bebas berkarya dan mengelola blog lewat ponsel saja, hampir nyaris semudah kita update status galau dan alay di facebook!!!
Dan tentu saja, kita dapat juga bergaya, bangga, gak kalah dengan blog sebelah. Jiah!!

Tapi mungkin memang benar apa kata orang, kegembiraan yang agak "terlalu" indah dan penuh euforia emang gak akan tahan lama. Dan… this is it, so inilah akhirnya, kita berkabung, saya berduka sodara sodara!!! Atas berita akan ditutupnya mywapblog.

Terasa memang agak ganjil selama saya ngeblog di Mywapblog, tiga tahun pemirsa, bukan waktu singkat untuk sebuah kesabaran, yap! Selama itu saya terus bersabar dengan keterbatasan menulis lewat ponsel java yang harganya tak seberapa jika dibandingkan ponsel android terkini. Bersabar atas fasilitas ngeblog gratis yang servernya sering down hingga tak bisa diakses berhari-hari. Bersabar atas kwalitas lemotnya paket jaringan internet yang dibeli dengan harga rupiah termurah. Bersabar atas segalanya, bahkan saya bersabar ketika menkominfo, UC Browser dan provider kartu seluler yang saya pakai berkonspirasi memblokir banyak situs, termasuk Mywapblog, yang membuat saya tak lagi bisa maksimal dalam ngeblog ria. Kejaaaaaammm….

Maka, kalau kalian yang baru aja tempo hari bikin blog di sini, dan udah mau nangis darah saking bapernya karena Mywapblog mau ditutup, PANDANGLAH SAYA, LIHATLAH SAYA DAN USER-USER LAWAS LAINNYA yang udah sedia ampe lumutan menulis dan koar-koar di Mywapblog selama ini, dan kemudian menemukan fakta paling menyakitkan seperti ini. HOW COULD IT BEEEE??!!!!! Bayangkan betapa bapernya kita!!! Yang udah pernah jatuh bangun merasakan rumit, nyesek, ngenes dan juga senangnya ngeblog lewat hape. Baper sebaper-bapernya sayang!!

Dulu, harapan dan ekspektasi saya ketika pertama ngeblog adalah ingin mengabadikan kenangan dan membuat sejarah saya sendiri, kerena saya takut jikalau saya tua nanti saya akan semakin pelupa dan mulai tak bisa mengingat lagi moment-moment terbaik dalam hidup ini, karena itulah kelak blog inilah yang akan menjadi penyambung lidah atas kisah yang tak pernah bisa saya sampaikan secara lisan, blog inilah yang akan jadi kotak pandora berharga tempat saya menyimpan semua cerita. Lebih dari itu, blog ini adalah bukan sekadar karya tulis saja, blog ini adalah kumpulan KEKAYAAN INTELEKTUAL saya yang tak ternilai harganya!!

Ok, mungkin memang agak berlebihan, tapi memang seperti itulah saya menganggapnya.

Barangkali memang seperti inilah kehidupan, kita tetap harus bertahan. Seperti halnya dulu kejayaan Friendster yang digantikan Facebook, Multyply yang punya begitu banyak user pun akhirnya juga tutup yang membuat anggotanya juga kocar kacir entah kemana, situs Ngerumpi dot com yang punya motto ngerumpi tapi pake hati juga akhirnya tiada lagi. Seperti itu…. datang, hilang, pergi, hanyalah bagian kecil dari kehidupan, dan jikalau karena itu saya merana, baper, menangis dan insomnia lalu menulis keluh kesah penuh luka ini, maka itu juga hanyalah sebagian kecil saja dari masih banyaknya luka dan guncangan masalah yang akan menimpa dalam hidup ini.
Harusnya tidak apa-apa, harusnya kita bisa, harusnya…. Tapi…..

Mywapblog….
Banyak hal yang tak dapat saya relakan dalam kehidupan, dan kau kini menjadi salah satu di antaranya.
Hikz…..

BOLEHKAH DAKU, KEKASIH KU??

Bolehkah daku sedikit mengingat beberapa kenangan yang pernah berlalu dilindas laju waktu?
Kemudian melirihkan beberapa tetes airmata, ketika tak ada kata yang dapat berbicara mewakili betapa berat luka.

Bolehkah daku membuka lagi lembar-lembar diary dan surat-suratmu dahulu?
Yang terserak diam di antara daun-daun semak kekeringan, menabur lara ketika serangkaian cintamu tak kuasa ku terjemahkan….

Bolehkah sayangku…
Ku ketuk lagi pintu hatimu yang pernah menutup beberapa tahun lalu?
Untuk kemudian ku kembalikan serpihan rindu kita yang pernah terpisah,
Dan barangkali masih dapat ku temukan cinta kali ini.

M A N T A N

Waktu masih merindukanmu.
Membungkus rupamu dalam pundi-pundi kenangan.
Yang tertinggal di tikungan zaman.

Tak terlupakan…….



Sebenarnya kata-kata yang super singkat ini mau saya sertakan foto yang cukup klop mewakili, tapi entah mengapa hape, browser dan layanan seluler yang saya gunakan tidak bisa mengunggah foto ke akun Mywapblog saya. Kurang paham juga, setelah coba unggah selalu muncul laman error, setelah itu ada tulisan pemberitahuan dari menkominfo yang sepertinya bekerjasama dengan layanan operator seluler yang saya pakai menyatakan bahwa tak bisa diproses karena untuk melindungi dari konten internet yang bermuatan pornografi/negatif. Ada yang bisa menjelaskan kenapa ya?

IBU MASIH HARUS MENANGIS (LAGI)

kasih-ibu-tak-batas-waktu.jpg
(pic: iphincow.com)

Seorang Ibu,
adalah perempuan mulia yang mengalirkan curahan hujan dalam dekapan kasihnya.
Namun ia menyembunyikan mendung dan gerimis di balik matanya.

Adakah anak-anaknya dapat melihat itu?

Tidak.
Hanya kasih dan cintanya yang tampak,
dan cuma setia yang senantiasa terjaga.

Ibu masih harus sering menangis.
Mengemas airmata dan selaksa doa.
Untuk anak-anaknya yang lupa pada rumah.
Masih harus menghitung peluh matahari,
ketika anak-anaknya menjadi putra kenisbian zaman.
Diungsikan waktu.
Dan diasingkan peradaban.

Ibu. . .
Dalam hari-hari yang berkubang kecemasan demi kecemasan.
Dari pagi ke pagi.
Melalui malam demi malam.
Usia telah membuat derita dan pengorbanannya semakin kaya.

(Gambut nelangsa, 6 Nopember 2014)

ROHINGYA. . . ROHINGYA. . .

Rohingya. . .
Rohingya. . .

Mungkinkah mereka masih saudara kita yang terlahir dari rahim yang lain?
Yang kemarin sempat mengetuk pintu-pintu rumah kita dan kita menolaknya.

Anak-anak, para ibu, wanita dan lelaki tertatih tak berdaya mencari sedikit cahaya dan masihkah ada tempat perlindungan di bumi Nya?

Rohingya. . .
Rohingya. . .

Masihkah mereka kita anggap saudara?
Saat jemari mereka gemetar mengetuk pintu kita dan kita justru memalingkan muka.

Dan bahkan jikalau merekapun bukan saudara karena perbedaannya. . .
Tak bisakah kita ulurkan tangan sebagai manusia. . .
Cukup sebagai manusia.



Saya hanya sedang merasa sangat sedih melihat derita minoritas muslim Rohingya yang terusir dari Myanmar. Mereka menaiki perahu dan terkatung-katung di lautan, sempat memasuki perairan Malaysia namun ditolak. Lalu terdampar di perairan Indonesia dan ditolong nelayan di Aceh (kabarnya TNI juga sempat keberatan dengan kehadiran para pengungsi ini). Kondisi ratusan (atau mungkin ribuan) pengungsi ini sangat mengenaskan, mereka bahkan ada yang meminum air kencingnya sendiri agar bisa bertahan hidup. Mereka terluka, sakit dan membutuhkan pertolongan, terlebih para lansia dan anak-anak (SUMBER).

Allah. . . Apakah bumi Mu telah menjadi demikian sempitnya sehingga kami tak bisa berbagi tempat dengan mereka?

Juga saat ini, ribuan jarak dari sini, di sebuah negara di Timur Tengah jazirah Arabia, Yaman tengah digoncang perang saudara, diserang Arab Saudi dan sekutunya.

Mengapa ini terjadi? Mengapa kita tak bisa berhenti saling melukai?

KADANG (PERNIKAHAN)

Terkadang. . .

Kita hanya perlu berterimakasih dan meminta maaf.

Tapi mengapa itu begitu sulit?

Ini terasa seperti sesungguhnya.
Kita saling berteriak, memaki dan berkata benci.
Kita mulai saling menyakiti satu sama lain.
Meski saling menyimpan cinta yang sama besarnya.

Tapi kita bisa apa??

Kau bukan lagi jemari yang pernah menghapus airmata di pipi.
Yang jatuh lantaran hal- hal sepele yang ternyata menyedihkan.
Kau kini telah jadi penyebab turunnya airmata itu,
menjadi hujan. . .
yang tenggelam ditelan bantal semalaman.



A poetry inspired by :
Korean Drama FULL HOUSE

FROM PACITAN WITH LOVE

Tadi malam, di sebuah stasiun televisi swasta saya menyaksikan sebuah acara yang mengulas tentang kehidupan tokoh2 inspiratif. Dan tokoh yang ditayangkan saat itu ternyata adalah mantan presiden Republik Indonesia yang ke 6 SBY dan istri beliau ibu Ani.

Acara tersebut mengulas tentang perjalanan mudik pak SBY ke kampung halamannya Pacitan sebagai rakyat biasa setelah sepuluh tahun lamanya menjadi seorang pemimpin negara.

Ternyata ada banyak hal yg luput dari perhatian saya (mungkin juga anda, kita semua) selama ini tentang sosok seorang SBY. Saya menulis ini tidak ingin membahas tentang politik atau kepemimpinan beliau selama jadi presiden. Tapi ada sesuatu yg membuat saya rela menggerakkan kemalasan jempol di keypad handphone jadul berbasis Java ini. Ya, sisi lain tentang pak SBY yg ternyata amat menggandrungi dunia seni mengolah kata. Sebuah puisi yg tanpa sadar membuat saya entah kenapa mampu meneteskan airmata.

Sepanjang tayangan itu pak SBY menceritakan kisah masa lalu sedari kanak2 sampai remaja. Flashback ke tempat2 penuh kenangan di Pacitan semua diceritakan dengan ceria. Sebuah perbedaan yg amat sangat mencolok adalah wajah beliau yang nampak lebih cerah dibanding ketika jadi presiden dahulu. Karena beban dan tanggungjawab yg sangat besar dalam memimpin penduduk yang 250 juta jiwa yang tersebar dari Barat sampai ke Timur memenuhi ribuan kepulauan adalah bukan perkara mudah dan itu lebih dari cukup untuk merampas kenyamanan istirahat seorang kepala negara.

Selain puisi, beliau juga menyukai olahraga dan sering menikmati waktu bersama keluarganya. Sebuah hal sederhana namun berharga yg orang biasa seperti kitapun barangkali kerap melewatkannya.

Satu hal lagi yang paling trend saat ini adalah tentang ibu Ani yang ternyata sangat menyukai batu akik. Ini pulalah yg membuat beliau sangat ingin memajukan sentra kerajinan batu akik khas Pacitan. Hal ini membuat dalam hati saya diam2 berharap bahwa suatu hari ibu Ani harus mengunjungi Kota Martapura (yang populer dijuluki Kota Intan) yg sejak dulu telah jadi daerah penghasil dan pengrajin batu2an termasyhur di tanah Borneo, Kalimantan Selatan khususnya.

Oya, kembali ke pasal puisi pak SBY tadi. Inilah dia puisi apik berjudul

HARI LALU ANAK PACITAN (sumber dari sini):

Ombak2 tinggi itu masih menderu

Seperti dulu,
Menghempas karang, lepas berkejar-kejaran

Menggulung pasir2 putih lembut

Di batas laut
Burung2 camarpun masih terbang
Mengepak, melayang

Berarak di atas pepohonan pinus
Tak ringkih meski kurus
Menutupi tanah tua berbatu tandus

Dulu,
Bersama teman2, aku datang berlarian
Mengejar ombak di sela-sela batu karang

Riang,
Berdendang,
Bercanda dengan buih
Dan ikan2 kecil kuning putih,
Yang berkata tidak pada letih

Dulu,
Aku juga mendaki bukit
Duduk di batu2 di atas ngarai sempit

Melukis alam ciptaan Tuhan
Yang tak lapuk oleh putaran zaman

Dulu,
Dalam belaian angin laut yang tak pernah mati bertiup,
Dan bayang2 bintang yang tak pernah redup,
Kutulis dan kurajut puisiku,
Getaran dan ekspresi jiwaku

Satu-satu,
Lalu kubiarkan puisi itu terbang ke laut lepas
Menembus cakrawala tanpa batas,
Hidup di taman keabadian, apa adanya,
Selamanya

Dalam syukur kepada Sang Pencipta

Kupandang, kusapa laut lepas yang membiru

Di keindahan teluk itu,
Yang setia memantulkan sinar mentari pagi,
Mengabarkan rindu hati

Dalam harmoni, dan Nyanyi ombak dan burung kenari

Di ujung timur,
Dalam pejam kulihat perahu2 penangkap ikan

Berlayar, sunyi di kejauhan,
Bagai bertutur kepada zaman di hadapan

Tentang kisah dan legenda panjang kakek nelayan

Yang berwindu-windu bersahabat dengan alam

Meski hidup tak mudah
Terlunta, tertatih dan hampir pasrah

Dan dengan tangan bergetar lalu ia menengadah

Lirih bertanya, adakah alam ini menjanjikan berkah?

Kawan, dengan takjub mesti kuabadikan
Semuanya,
Dalam jiwa2 yang merdeka

Karang, pendar buih dan ombak yang tak henti berkejaran

Pinus, bunga selasih dan cemara tua yang menari-nari tak berkesudahan

Semuanya,
Dalam kidung, lukisan dan syair2 rindu

Di melodi kehidupanku,

Buat kado hari laluku,
Hari lalu Anak Pacitan

Susilo Bambang Yudhoyono
1 Januari 2013

Sebuah puisi yang sangat indah bukan? Kata, diksi dan majas sajaknya jelas tidak ditulis dengan sembarangan. Benar2 untaian kata yang mampu mengaduk perasaan saya, tentang kerinduan seorang anak negeri pada kampung halamannya. Tentang seberapun jauhnya burung terbang, kaki anak manusia melangkah, ia akan tetap kembali ke sarang, pulang.

Bravo pak SBY.

BUKAN (SEPATU) CINDERELLA

Bukan seorang pangeran yang mengambil sebelah sepatu kaca milik Cinderella.

Hanya seorang pria yang mampu memiliki seluruh hati ini.
Dan kupastikan akan menjadi jejak yang melangkah bersamamu.

bukan-sepatu-cinderella.jpg


Note: Sebuah foto sederhana penuh makna yang dijepret anak kedua saya beberapa hari yang lalu.

TENTANGMU

Aku tak tahu. . .
Kelak akan seperti apa kenangan melukaiku dan mengingatkanku padamu.
Di jalanan basah yang pernah kita lewati.
Waktu telah melemparkanku jauh, di tempat-tempat yang tak terlupakan.

Mungkin hanya kenang yang tersisa,
sedikit ingatan yang mungkin masih ada.
Atau barangkali rindu,
yang sesekali masih menggaungkan namamu.

rindu.jpg

Dan bila gelap malam menyergap,
masih saja airmata mengaliri cekung pipi.
Merefleksikan mimpi dan segenggam cinta yang beranjak pergi. . .



Sebuah puisi pendek yang pernah saya kirimkan DI SINI